lovely picture

Monday, December 29, 2014

Di Sudut Kantor Pos

Aku sedang tidak ingin mendramatisasi 
Tapi kantor pos selalu menyimpan kejadian menakjubkan
Yang hanya akan dipahami oleh si pengirim saja
Tak ada salahnya jika aku berpuisi tentangnya

Baru kali ini aku sangat takut ke kantor pos
Aku takut jika saja aku melakukan kesalahan
Padahal ini hanyalah selembar kartu pos biasa
Seperti kartu pos lainnya yang kemarin dan kemarin lusa
Dan kemarin lusa yang telah lama
Kau bagikan kepada orang-orang yang kau kasihi
Lalu, mengapa kini aku takut memberikan kartu pos ini

Aku butuh waktu untuk menenangkan diri
Untuk percaya kepada niat diri yang kerdil ini
Untuk meyakini bahwa janji adalah janji
Yang hanya lunas jika ditepati
Maka apalagi keraguan yang membuatmu takut

Bukankah setiap kita lahir dalam kesucian
Bahwa manusia lahir dengan hati yang suci
Hanya saja, hanya saja
Manusia tak pandai menjaganya

Maka biarlah Tuhan yang menjaganya
Menjaga bahwa apa-apa yang dia lakukan
Dan disaksikan bangunan di sebuah sudut jalan
Hanyalah sebuah niat baik untuk Allah
Niat baik untuk mendekatkan diri pada-Nya
Bahwa Allah tak akan mau mendekat
Bahwa Allah tak akan lagi mendengar
Bahwa Allah tak akan lagi menjawab
Setiap jiwa yang memutuskan tali persaudaraan

:Semoga Allah sampaikan doa ini
Semoga Allah jaga niat ini
Ya Muhaimin, sebaik-baik penjaga, jagalah.


Meja Kayu, 24 Desember 2014
Najma, Nurisma.




Friday, December 26, 2014

Hai, Namaku Haira :)

Hai, namaku Haira. Haira (dengan huruf kha) dari kata khairan yang mungkin berarti baik atau kebaikan.  Aku sangat pemalu jika ketemu orang baru. 
Tapi aku sebenarnya anak yang lincah dan ceria. 
Aku hanya butuh waktu untuk dekat dengan teman baru. Kenapa ya? 
Mungkin karena teman dekatku selama ini adalah papa dan mama. Tapi itu dulu. 
Hingga penyakit kanker itu tiba-tiba  merenggut mama. Sebab mama tak pernah mengeluh penyakitnya. Ketika kami menyadarinya penyakit itu sudah sedemikian parah.
Waktu itu aku masih anakpra TK yang tak tahu apa-apa.
Di usia itu aku sudah mengenal dekat kematian. 

Sekarang aku sudah kelas 1 SD. Sejak mama pergi kami juga pergi meninggalkan ibu kota. Kami akhirnya menetap di kampung halaman papa di Batang, Pekalongan. Teman baikku di manapun adalah papa. Hanya papa. 
Jadi aku nggak tahu kenapa butuh waktu lama untuk dekat dengan orang baru. 
Bahkan dengan sepupuku yang sebenarnya ketemu tiap setahun sekali ya setidaknya tiap 
lebaran tiba. Butuh waktu untuk mengumpulkan kenangan setahun sekali itu. 

Aduh aku ini gampang ngambek. Tapi aku gampang juga lupa kalau lagi ngambek kalau udah diajak jalan-jalan dan mainan. Ohya aku suka banget main air lho, bad mood-ku langsung ilang. 

Meskipun aku manja nggak ketulungan sama papa, aku anak yang baik kok.
Aku suka mijitin papa hehe. 
Aku janji Pa, bakal jadi anak baik dan sholihah seperti doa papa dan mama. 


*Catatan spesial buat Haira :) Terima kasih sudah membuat akhir tahun di rumah ini berbeda dan menyenangkan ^-^





Kembalilah

Kembalilah kembalilah wahai diri yang lupa sehitam apapun sang wajah
Kembalilah kembalilah wahai diri yang lalai sejauh apapun kau melangkah
Kembalilah kembalilah hanya kepada Allah karena Dia Yang Maha Pemurah
Kembalilah kembalilah meski setumpuk dosa karena Ia akan menghapusnya
Allah Allah Ya Ghaffar Allah Allahu Allah.
-Opick

Sunday, December 21, 2014

Harmoni Hati: Kado Kecil untuk Ibu

 















Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Ibu, ini hanyalah kado kecil untuk Ibu.
Ini hanyalah antologi sederhana.
Kumpulan dari tulisan, coretan, dan notepad yang telah bertahun-tahun berserakan.
Kumpulan dari setiap ungkapan, perasaan, dan perenungan yang kadang tak tersampaikan.


Mungkin ini bukan apa-apa.
Barangkali hanya tulisan sederhana yang tak pantas disebut antologi.
Yang bahkan hanya ditulis dengan tulisan tangan yang berantakan.
Entah siapa pula yang mau membacanya.
Semoga ia tetap istimewa dan hanya ada satu-satunya.
Sebuah antologi hati untuk Ibu.


*Antologi kecil ini adalah resolusi dan mimpi di usia ini yang tak kunjung terealisasi. 
Semoga membuat Ibu jadi suka membaca ya, atau malah sebaliknya? Ah ya sudahlah tak apa-apa. Ya, semoga saja antologi kehidupan kita, sesuatu yang terlalu berharga dan bermakna sehingga tak cukup ditulis hanya dengan antologi seperti ini.



Thursday, December 18, 2014

Di Bawah Langit-Mu

"Di Bawah Langit-Mu bersujud semua. Memuji memuja asma-Mu. Dan bertasbih semua makhluk-Mu tunduk. Berharap cinta dan kasih-Mu."-Opick 

Tuesday, December 16, 2014

Deru Debu Jalanan

Jalanan masih menderu 
Suara knalpot bercampur debu
Langit berangsur-angsur kelabu
Air tumpah menggelinang jalanan
Orang-orang berlarian mencari naungan

Suara knalpot beradu
Bau debu, air, dan udara menyatu
Aroma hujan tak lagi sedap
Asap yang lembab menyisakan bau pengap
Deru debu jalanan

Jalanan semakin menderu debu
Kaki-kaki kecil merangkak kelu
Diiringi roda yang menggilas jalanan

Deru jalanan kian menggebu
Debu bertebaran ke udara
Matamu mendadak kelabu
Ke manakah perginya 
Naungan meneduhkan di bola matamu

***

Kehidupan nyata di tengah menjamurnya bangunan megah dan pusat-pusat modernitas. 

Benarlah perjalanan selalu membekaskan kenangan. 
Betapapun perjalanan ini hanya diiringi oleh kedua kaki. 
Ada berjuta kaki yang mengarungi jalanan yang sama. 
Ada tanah yang kau pijaki dan tapaki penuh suka cita. 
Ada langit yang kau tatap dengan penuh harap. 
Tenanglah, selalu ada tempat bernaung ketika kau temui Ia. 

Dan di setiap sudut sapalah mereka, tanpa peduli sesiapa. 
Belajarlah pada mereka, mereka, dan mereka. Tanpa peduli sesiapa. 

Kenangan tentang kota tua. 
Kenangan tentang jejak langkah seorang anak manusia. 
Kenangan dan perenungan tentang perjalanan usia.

***

Beringharjo di bulan Desember


Friday, December 5, 2014

Waktu, Arti, dan Perjuangan

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
...
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas antara pernyataan dan impian
...
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami

(potongan puisi "Karawang-Bekasi" karya Chairil Anwar yang disusun secara acak)

Prof. Bambang Sudibyo bersama anak-anak didiknya :)
Foto: Miana Siranda (makasih Miana udah di-share grup jadi bisa tak simpan di blog fotonya)



Entah kenapa jadi keingat pernah baca puisi ini. Random... Dulu sih hafal puisi ini tapi udah lupa mah sekarang. Itu kayanya memang udah kebiasaan buruk ya, random, hehehe. Ya, puisi ini sangat membangkitkan semangat karena seolah-olah menceritakan para pahlawan pendahulu yang telah terbaring antara Karawang-Bekasi memberikan pesan ini kepada kita. "Menjaga Bung Karno. Menjaga Bung Hatta. Menjaga Bung Sjahrir." Ya, pokoknya puisi perjuangan yang dalem tentang waktu, arti, dan perjuangan sendiri. Iya kalau saya ada puisi buat Bambang Sudibyo pasti saya ingat itu. Nah, saya butuh semedi buat bikin puisi semacam itu. Hehehe. Doakan saya ya bisa menyelesaikan TA dan ujian kompre TA sebaik-baiknya, insyaAllah tahun depan. Puisi buat Bapak sudah cukup terwakili oleh itu semua. :")

Jadi hari ini pertemuan terakhir Teori Akuntansi dengan beliau. Saya baru ambil semester ini... Untungnya mayoritas masih teman-teman seangkatan ada yang baru ambil dan ada juga yang mengulang jadi beruntung ga merasa seperti anak ilang di sini. Semester lalu jadwal hari Jumat penuh sekali jika saya ambil makul ini yang tiap kali pertemuan langsung 2 sesi maka jadwal kuliah syaa full dari jam7-19.00 dengan hanya break jumatan dan ashar :D alhamdulillah jadwal hari Jumat udah ga padat kaya semester lalu  ya  hhe.. Meskipun ya masih ngimpi buat sit in kelas Pak Suwardjana yg semester ini memang nggak ada *_* 


Ketika pulang menjabat dan mencium tangan beliau, rasanya seperti kembali ke tahun 2007 ketika masih jadi anak smp unyu-unyu. Rasanya beruntung dan kagum bisa melihat langsung orang yang disebut-sebut Menteri Pendidikan Nasional di sebuah acara peringatan Hardiknas di halaman Prambanan kala itu. Dan hari ini saya bersyukur pernah menjadi murid Bapak. Hal terpenting yang saya pelajari dari beliau adalah kebijaksanaan dan ilmu siyasah (hehehe). Santun dalam bertutur dan bertindak, objektif, dan demokratis.  Ya, saya suka caranya melemparkan pertanyaan, membangun diskusi, dan menerima setiap jawaban tanpa melakukan penghakiman yang menjatuhkan tetapi membangun pemikiran yang kritis. Maafkan Pak saya belum bisa menjadi murid yang baik tapi terima kasih banyak Pak atas ilmu dan kenangannya. :") 

Monday, December 1, 2014

Hujan Bulan Desember*

Tak ada yang istimewa dari hujan bulan Desember
Ia sama seperti hujan yang baru kemarin turun
Pun hujan yang datang bertahun-tahun silam
Suara rintiknya,
Harumnya minyak aksiri,
Semua sama saja sepanjang masa

Katamu hujan hanyalah sekumpulan
uap yang perlahan mengangkasa
Menggantung di atas awan
yang tak pernah terjamah tangan
Hingga pada saatnya,
entah kapan,
Ia akan turun begitu saja
Lalu, adakah yang istimewa

Hujan bulan Desember
Kau mungkin benar
Tak ada yang berbeda darinya
Suara rintiknya,
Harum minyak aksirinya,
Sama seperti hujan biasa

Hujan bulan Desember
Betapapun tak ada yang istimewa
Ialah kesederhanaan yang istimewa


*judulnya terinspirasi dari Hujan Bulan Juni-nya Sapardi Djoko Damono
**gerimis tipis tadi pagi yang dibayangkan sebagai hujan
***tadinya saya pikir saya akan mengatakan "kehadirannya adalah keistimewaan yang sederhana" entah kenapa saya merasa ada yang tidak pas darinya jadi saya ubah saja menjadi "...kesederhanaan yang istimewa"