Thursday, October 18, 2012
Monday, September 10, 2012
WHY GDP?
Ini dia artikel penting buat referensi presentasi kelas Perekonomian Indonesia-Prof. Mudrajad kuncoro! Thanks for this great article.
http://rkunaefi.com/index.php/tulisan/book-review/6-mengukur-kesejahteraan.html
Friday, September 7, 2012
Open Your Eyes :)
By: Maher Zain
Look around yourselves
Can’t you see this wonder
Spreaded infront of you
The clouds floating by
The skies are clear and blue
Planets in the orbits
The moon and the sun
Such perfect harmony
Let’s start question in ourselves
Isn’t this proof enough for us
Or are we so blind
To
push it all aside..
No..
We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..
Look inside yourselves
Such a perfect order
Hiding in yourselves
Running in your veins
What about anger love and pain
And all the things you’re feeling
Can you touch them with your hand?
So are they really there?
Lets start question in ourselves
Isn’t this proof enough for us?
Or are we so blind
To push it all aside..?
No..
We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..
When a baby’s born
So helpless and weak
And you’re watching him growing..
So why deny
Whats in front of your eyes
The biggest miracle of life..
We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look quiet we’ll see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..
Open your eyes and hearts and minds
If you just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..
Allah..
You created everything
We belong to You
Ya Robb we raise our hands
Forever we thank You..
Alhamdulillah..
Artist: Maher Zain
Album: Thank You Allah
Look around yourselves
Can’t you see this wonder
Spreaded infront of you
The clouds floating by
The skies are clear and blue
Planets in the orbits
The moon and the sun
Such perfect harmony
Let’s start question in ourselves
Isn’t this proof enough for us
Or are we so blind
No..
We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..
Look inside yourselves
Such a perfect order
Hiding in yourselves
Running in your veins
What about anger love and pain
And all the things you’re feeling
Can you touch them with your hand?
So are they really there?
Lets start question in ourselves
Isn’t this proof enough for us?
Or are we so blind
To push it all aside..?
No..
We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..
When a baby’s born
So helpless and weak
And you’re watching him growing..
So why deny
Whats in front of your eyes
The biggest miracle of life..
We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look quiet we’ll see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..
Open your eyes and hearts and minds
If you just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..
Allah..
You created everything
We belong to You
Ya Robb we raise our hands
Forever we thank You..
Alhamdulillah..
Artist: Maher Zain
Album: Thank You Allah
Monday, August 27, 2012
Cerita tentang Kita
Cerita tentang Kita
Ini adalah kisah tentang suatu masa
saat jiwa-jiwa kita saling menyapa
entah kapan suatu masa itu ada
tak kuingat kali pertama kita berjumpa
hanya terselip nama demi nama
di antara baris-baris doa
Kisah ini tentang jiwa-jiwa yang menyala
saat kita mengukir mimpi di atas langit asa
saat kita berbagi bahu bersama
lalu tersenyum dalam peluh air mata
Kisah ini tentang kita
beribu senyum dalam berbagai rupa
di bawah temaram sinar rembulan
jiwa kita bercahaya
terbata-bata mengeja semesta
Kisah ini adalah kita
jiwa-jiwa yang saling mencahayai
menjejakkan makna di antara jarak dan raga
saat memori pun kehilangan nama demi nama
semoga jiwa menggenggamnya
dalam sebaris doa
saat jiwa-jiwa kita saling menyapa
entah kapan suatu masa itu ada
tak kuingat kali pertama kita berjumpa
hanya terselip nama demi nama
di antara baris-baris doa
Kisah ini tentang jiwa-jiwa yang menyala
saat kita mengukir mimpi di atas langit asa
saat kita berbagi bahu bersama
lalu tersenyum dalam peluh air mata
Kisah ini tentang kita
beribu senyum dalam berbagai rupa
di bawah temaram sinar rembulan
jiwa kita bercahaya
terbata-bata mengeja semesta
Kisah ini adalah kita
jiwa-jiwa yang saling mencahayai
menjejakkan makna di antara jarak dan raga
saat memori pun kehilangan nama demi nama
semoga jiwa menggenggamnya
dalam sebaris doa
***
styrofoam bekas di dinding kamar bisa disulap jadi hiasan ilustrasi yang cantik :)
one big family: Bapak-mb iti-isna-ibuk dan Liliana-Mom-Isna
BilCom, Bilingual SMP1Bantul 2007
BangZorro (X2) Padmanaba'65
tiwi-anggit-isna-devi-qori-mega
Jogja Nasyid Award @SO 1 Maret
ong-novi-devi-anggit-qori-tiwi-isna-ivit-
Kepada Taufik Ismail, Menunggu Itu...
Menunggu Itu
(buah pena Taufik Ismail)
(buah pena Taufik Ismail)
Menunggu itu sepi
Menunggu itu puisi
Menunggu itu nyeri
Menunggu itu begini:
Sebuah setasiun kereta api
Di negeri sunyi
Malam yang berdiri di sini
Ada wajahmu dan wajahku
Benarkah jadi begini?
Rambutnya hitam sepi itu
Rambutnya putih sepi itu
Sunyi adalah sebuah bangku kamar tunggu
Dan jam tua, berdetik di atas itu
Sunyi itu tak pernah tidur
Sunyi itu tamu yang bisu
Menawarkan rokok padamu
Sunyi itu mengembara ke mana
Sunyi itu kota gemuruh
Sunyi itu padang penembakan
Sunyi itu tulang-belulang
Sebuah dunia yang ngeri
Menyuruh orang menanti
Ada karcis, ada kompor yang tua
Perjalanan seperti tak habisnya
Menunggu itu sepi
Menunggu itu nyeri
Menunggu itu teka-teki
Menunggu itu ini
***
Menunggu KRS seperti menunggu SMS yang dinanti-nanti entah kapan bisa masuk kotak pesan. Menunggu KRS seperti menunggu di RS saat liburan namun ada kerabat yang justru menginap di tempat yang sama sekali tidak lebih baik dari rumah sendiri meski se-VIP apapun kondisinya. Menunggu itu.... semu. Tak pernah tau kapan benar2 datang. Menunggu KRS itu.. Kadang bikin gemes, mual, sakit kepala, sakit perut, demi mempertaruhkan jadwal kuliah :D
Menunggu kapan mendapat kesempatan bertemu beliau lagi.. Saat itu, Juli 2009, di kawasan Wisma Handayani, seorang bocah yang begitu cintanya pada puisi2 Taufik Ismail benar2 seperti bermimpi menemui sosok pujangga yang diimpikannya sejak masih kanak2, yang detik itu juga berdiri di hadapannya membacakan puisi (untuknya). Sebuah pertemuan tak terduga sama sekali. Stasiun Tugu, Kembalikan Indonesia Padaku, dan Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini,. Smua semuanya.. Setiap getar bibirnya membaca baris-baris kata sang pujangga adalah hati yang bergetar oleh jiwa yang berada di dalam genggaman-Nya. Dan saat itulah, ia meresapi puisi perpisahan yang ditulis sang pujangga untuk semua anak di ruangan itu. Dan tangannya bergetar meraih sebuah buku warna biru, sebuah catatan yang menyimpan setiap goresan apa saja. Di sana pula tersimpan baris-baris kata sang penyair. Begitu sang penyair menutup sambutannya, ia hanya bisa menahan rasa yang menyeruak di hatinya, tiba-tiba, dalam binar di wajahnya, dan gemetar di dadanya. Namun, ia tak bisa menemuinya hanya karena, hanya karena, ini belumlah saatnya meninggalkan ruangan.
Begitu seorang panitia bertitel sie acara membubarkan barisan, si anak berlari-lari mengejar bapak itu, bapak yang hanya kerap ia sebut selepas membacakan baris-baris judul puisi pada 17an, Hardiknas, dan ketika ia hnaya ingin mengenang jiwa-jiwa yang menggetarkan dada dalam baris kata-kata. Di sana, di dekat mushola, terbata sembari tersipu malu, ia mengatakan betapa ia kagum betapa ia meresapi puisi sang penyair yang tengah bergegas begitu terburu-bur.u tampaknya Bapak itu hanya tersenyum simpul. Hanya itu. Sederhana.Dan si anak hanya mematung memegangi buku sampul batik warna biru yang di dekapannya erat, sebab Bapak itu hanya mengernyitkan dahi dan tersenyum sederhana padanya.
Begitu seorang panitia bertitel sie acara membubarkan barisan, si anak berlari-lari mengejar bapak itu, bapak yang hanya kerap ia sebut selepas membacakan baris-baris judul puisi pada 17an, Hardiknas, dan ketika ia hnaya ingin mengenang jiwa-jiwa yang menggetarkan dada dalam baris kata-kata. Di sana, di dekat mushola, terbata sembari tersipu malu, ia mengatakan betapa ia kagum betapa ia meresapi puisi sang penyair yang tengah bergegas begitu terburu-bur.u tampaknya Bapak itu hanya tersenyum simpul. Hanya itu. Sederhana.Dan si anak hanya mematung memegangi buku sampul batik warna biru yang di dekapannya erat, sebab Bapak itu hanya mengernyitkan dahi dan tersenyum sederhana padanya.
Hmm.. Yaah nikmati sajalah.. Menunggu itu... Kata Iman Rosadi dalam The Ethos of Sakura menunggu itu emas jika kita bisa memanfaatkannya, mengalahkannya, dan menggunakannya dengan hal-hal yang berarti :D
Wednesday, August 22, 2012
Rindu Membatik Bahasa dalam Sajakku
(buah pena: Syarif Hidayatullah)
Rindu membatik bahasa dalam sajakku, ibu.
Lagu yang kau bisikkan dulu mengalir begitu deras di nadiku.
Sungai-sungai di tubuhku mencari muara, dan muara itu selalu ada di wajah telagamu. Temaram bohlam, membuat kita semakin erat berpelukan, kau selalu tahu, aku takut pada kegelapan.
Maka tiap kali kuberjalan dan tersesat di rimba kota, kau kembali menimangku sebagai air mata yang baru lahir dari percakapan waktu.
Rindu membatik bahasa dalam sajakku, ibu. Aku senang menjadi malaikat kecilmu, ketika kehidupan sulit untuk diterjemahkan dengan kejujuran.
Kita menjadi bahasa penenang bila bapak pulang. Mulutnya akan mengeluarkan iblis-iblis yang dilihatnya. Kita hanya bisa menggigil kemudian mengeja alif di sisa malam. Aku ingat, doamu begitu tulus kau panjat, kita selalu hujan untuk bercakap dengan Tuhan.
Rindu membatik bahasa dalam sajakku, ibu. Kau layarkan aku begitu jauh darimu. Jauh dari halaman rumah yang kau sapu dengan air matamu, jauh dari bayam yang kau tumis di perutku. Namun aku tahu, kau hanya ingin menjadikanku bulan, agar kelak kubisa berjalan dalam kegelapan, rinduku tak habis padamu.
"Rindu Membatik Bahasa dalam Sajakku". Syarif Hidayatullah. Majalah Sastra Horison. Edisi II. 2008. halaman 9.
Rindu membatik bahasa dalam sajakku, ibu.
Lagu yang kau bisikkan dulu mengalir begitu deras di nadiku.
Sungai-sungai di tubuhku mencari muara, dan muara itu selalu ada di wajah telagamu. Temaram bohlam, membuat kita semakin erat berpelukan, kau selalu tahu, aku takut pada kegelapan.
Maka tiap kali kuberjalan dan tersesat di rimba kota, kau kembali menimangku sebagai air mata yang baru lahir dari percakapan waktu.
Rindu membatik bahasa dalam sajakku, ibu. Aku senang menjadi malaikat kecilmu, ketika kehidupan sulit untuk diterjemahkan dengan kejujuran.
Kita menjadi bahasa penenang bila bapak pulang. Mulutnya akan mengeluarkan iblis-iblis yang dilihatnya. Kita hanya bisa menggigil kemudian mengeja alif di sisa malam. Aku ingat, doamu begitu tulus kau panjat, kita selalu hujan untuk bercakap dengan Tuhan.
Rindu membatik bahasa dalam sajakku, ibu. Kau layarkan aku begitu jauh darimu. Jauh dari halaman rumah yang kau sapu dengan air matamu, jauh dari bayam yang kau tumis di perutku. Namun aku tahu, kau hanya ingin menjadikanku bulan, agar kelak kubisa berjalan dalam kegelapan, rinduku tak habis padamu.
"Rindu Membatik Bahasa dalam Sajakku". Syarif Hidayatullah. Majalah Sastra Horison. Edisi II. 2008. halaman 9.
Saturday, August 18, 2012
Eid Mubarak
Allahu akbar allahu akbar...
Allah.. Allahu Allah..
If you ask me about love
and what I know about it
My answer would be
its everything about Allah..
the pure love to our soul... :)
(Always Be There)
Alhamdulillaah, alhamdulillaah..
All praises to Allah...
(Alhamdulillah-Thank You Allah)
Sebulan sudah Ramadhan membersamai kita. Semoga bisa istiqomah sampai Ramadhan berikutnya dan berikutnya lagii aamiin.. Semoga bisa bertemu kembali dg Ramadhan :)
Kepada Saudara-saudara sekalian saya mengucapkan:
Taqabbalallahu minna wa minkum. Shiyamana wa shiya makum. Ja’alanallahu minal a’idin wal faidzin.
Semoga Allah menerima shaum kami dan Saudara sekalian. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang yg kembali & orang yg menang.
Aamiin.
Mohon maaf jika selama ini saya punya banyak salah. Semoga persaudaraan kita karena Allah dan semoga kita dipertemukan kembali oleh Allah di surga kelak. Aamiin.
xox isna xox
***
Subscribe to:
Posts (Atom)