Begadang? Tidak aku tidak begadang. Aku lebih suka tidur awal kemudian bangun tengah malam. Pun saat ini. Saat-saat seperti ini membuat pikiran lebih jernih dan entahlah banyak kontemplasi yang terjadi.
Hmm perjalanan sperti apa yang telah ditapaki? Sepertinya tiga tahun menjadi mahasiswa telah banyak mengubah cara berpikirku. Ya, apalagi aku menerjunkan diri ke dunia sosial yang penuh dengan perang pemikiran. Kadang melelahkan. Mungkin nature yang sangaat berbeda dengan eksakta. Namun, ini sungguh menarik. Mungkin kadang kita memang perlu menarik diri, lalu membuka mata lebih lebar. Ya. Entah sesulit dan seberat apa. Rasa-rasanya ini lebih membuatmu lega.
Empat tahun belakangan aku sedang banyak mengalami 'kegagalan.' Mungkin makna kegagalan berbeda-beda tetapi kegagalan dalam arti yang lebih trivia. Semoga bukan stagnasi ya. Pun malam ini aku baru saja mengalami sebuah 'kegagalan.' Saat ini aku hanya ingin merenungkan semuanya. Semuanya.
Alhamdulillah kegagalan ke sekian di tahun-tahun yang jujur tahun-tahun belakangan merupakan tahun-tahun berat dalam hidupku, aku bersyukur aku sudah bisa meng-handle-nya dengan lebih baik. Kau tahu, senyuman ini luar biasa. Untuk bisa menahan kesedihan atas kegaagalan ini sebuah progres buatku. Namun, aku masih ingin memahami semuanya. Dan kontemplasi itu berakhir pada... Apa sebenarnya tujuan hidupmu? Apa sebenarnya tujuan dari setiap langkah x, y, dan z? Itu. Dan itu amat berarti buatku. Barangkali jika aku tidak 'gagal' kali ini aku tidak akan berkontemplasi seperti ini. Barangkali aku akan semakin tak tentu arah. Setidaknya 'kegagalan' kali ini menjadi pelajaran yang berarti.
Hei Isna, kau tahu, kau hanya perlu sedikit merenung dan menepuk bahumu. Bangun Isna. Kau tahu, ada alasan mengapa kau ada. Dan ada alasan untuk tetap bahagia.
Hmm perjalanan sperti apa yang telah ditapaki? Sepertinya tiga tahun menjadi mahasiswa telah banyak mengubah cara berpikirku. Ya, apalagi aku menerjunkan diri ke dunia sosial yang penuh dengan perang pemikiran. Kadang melelahkan. Mungkin nature yang sangaat berbeda dengan eksakta. Namun, ini sungguh menarik. Mungkin kadang kita memang perlu menarik diri, lalu membuka mata lebih lebar. Ya. Entah sesulit dan seberat apa. Rasa-rasanya ini lebih membuatmu lega.
Empat tahun belakangan aku sedang banyak mengalami 'kegagalan.' Mungkin makna kegagalan berbeda-beda tetapi kegagalan dalam arti yang lebih trivia. Semoga bukan stagnasi ya. Pun malam ini aku baru saja mengalami sebuah 'kegagalan.' Saat ini aku hanya ingin merenungkan semuanya. Semuanya.
Alhamdulillah kegagalan ke sekian di tahun-tahun yang jujur tahun-tahun belakangan merupakan tahun-tahun berat dalam hidupku, aku bersyukur aku sudah bisa meng-handle-nya dengan lebih baik. Kau tahu, senyuman ini luar biasa. Untuk bisa menahan kesedihan atas kegaagalan ini sebuah progres buatku. Namun, aku masih ingin memahami semuanya. Dan kontemplasi itu berakhir pada... Apa sebenarnya tujuan hidupmu? Apa sebenarnya tujuan dari setiap langkah x, y, dan z? Itu. Dan itu amat berarti buatku. Barangkali jika aku tidak 'gagal' kali ini aku tidak akan berkontemplasi seperti ini. Barangkali aku akan semakin tak tentu arah. Setidaknya 'kegagalan' kali ini menjadi pelajaran yang berarti.
Hei Isna, kau tahu, kau hanya perlu sedikit merenung dan menepuk bahumu. Bangun Isna. Kau tahu, ada alasan mengapa kau ada. Dan ada alasan untuk tetap bahagia.
No comments:
Post a Comment