Bismillaah. In the name of Allah.
The Most Beneficent. The Most Merciful.
Ini sudah kurang dari 10 hari
terakhir Ramadhan :”( Merasa begitu tertinggal.. Harus mengejar tujuh hari
kemarin dalam waktu yang tersisa. Entah kenapa tiba-tiba rasa takut menyergap.
Sudah biasa sebenarnya terbangun sendirian tidak di kosan eyang itu, tidak pula
di pendopo pak dukuh. Huhu tidak ada waktu banyak, semangaaat! Lillaah.
Bukan rasa takut yang biasa yang
membuat saya tidak bsa tidur. Wudhu, sholat dua rakaat, tilawah dan bersedekah
adalah kunci menghadapi masalah. Hanya tinggal sedekah nih. Yang jelas tidak
mungkin sudah larut malam.. Jadi boleh ya sedekah pemikiran lewat tulisan? Ya
kalu bisa disebut sedekah hehe.
Galau kah? Entahlah lebih
tepatnya rasa takut. Bukan rasa takut biasa. Bukan rasa takut anak-anak yang
melewati makam itu. Bukan seperti saat pesantren Ramadhan beberapa tahun silam
ketika saya memimpin rombongan adik2 tpa yang masih kelas 1-2 melewati makam
dan si kecil-kecil itu begitu ketakutan. Suara jerit ketakutan mereka
terkalahkan oleh suara takbir yang saya serukan di hadapan tembok makam. Entah
kekuatan dari mana. Saya hanya ingat kata pemandu saya, jangan takut, cukup
ucapkan takbir apapun yang terjadi. Allah Maha Besar tidak ada yang pantas
ditakuti selain Allah. Itu saja. Dan saya tidak tahu kenapa selepas kejadian
itu, orang-orang banyak membicarakan dan menganggapnya sebagai hal lucu.
Padahal saya tidak bermaksud melucu. Saya benar2 merasa sebagai pemimpin yang
punya tanggung jawab sama adik-adik kecil di kelompok saya itu dengan seluruh
anggota perempuan maka hanya takbir yang bisa saya gunakan untuk menguatkan
mereka dan diri saya sendiri. Tapi kondisi saat ini berbeda. Kelompok ini bukan
lagi rombongan anak kecil. Semakin dewasa semakin kuat karakter dan keyakinan
masing-masing. Dan di sini saya belajar memahami. Ya, semoga bisa belajar.
Rasa takut kali ini entah ada
yang beda. Pertama, takut amalan Ramadhan tdk memenuhi target karena kesibukan
dan kemalasan. Kadang kepikiran buat jadi anak laki-laki yang ga perlu bolong
puasanya, yang ga perlu ngejar ketinggalan target amalan krn panggilan satu
minggu, ga perlu merasa insecure hanya krn dianggap tidak setangguh laki-laki.
Astaghfirullah. Pemikiran dangkal yang kadang datang menyergap padahal sudah
jelas menentang ketetapan Allah :”( Huhu semangat. Ngejar 12 juz dalam waktu yg
tersisa setelah absen tujuh hari T-T
Kedua, takut tidak bisa menjaga
hati dan diri. Bukankah galau karena Allah itu bukan hal yang salah? Iya.
Rasanya KKN itu banyak sekali godaannya. Banyak sekali tantangannya. Jika
dibandingkan dengan perjalanan ke luar tantangannya sama tapi berbeda bentuk.
Jujur, saya beberapa kali berkesempatan melakukan perjalanan jauh. Tanpa
keluarga. KKN ini hanyalah 25-30 km dari rumah tapi tetap saja ada ketakutan
dan kekhawatiran.
Alhamdulillah kalu membaca
tulisan mbak Asma Nadia dkk dalam Jilbab Traveler, perjalanan saya sampai detik
ini aman terkendali hehe tidak separah pengalaman mereka. Meski ya, tetap saja
banyak godaan. Terakhir saat AsTW di Filipina, harus kuat dan tangguh untuk
menolak sake dan party yang tidak jelas. Itu bukan hal mudah untuk meyakinkan
pada mereka yang mayoritas Jepang dengan tradisi sakenya. Sake sebagai wujud
menghormati. Tidak semua orang bisa meminumnya memang. Pada usia tertentu. Jika
tidak salah pada saat sma itu mereka (anak sekolah) terutama yg pertama kali
akan diundang tk minum sake biasanya wujud penghormatan atau perayaan. Katanya
sih minumannya panas. Sekeras apapun mereka merayu saya harus mengatakan tidak.
Saya menghormati tradisi untuk merayakan akhir pecan kalian dengan sake dengan
tidak mengganggu kalian, maka ijinkan saya menghormati keyakinan saya untuk tidak
minum sake. Bayangkan, saya merasa begitu sendiri terkadang. Di lantai atas di
atas dipan dan sayup-sayup saya dengar gelak tawa di antara mereka. Saya tak
berani membayangnkan apa yg terjadi krn mereka pasti sdh setengah sadar. Saya
hanya merenung, merasa lebih aman di atas sini menyendiri. Mencari-Nya, dan
tiba-tiba sudah terlelap. Tidak ada yang istimewa memang. Pada benak mereka
yang terdalam pasti mereka masih bertanya-tanya dan menganggap saya cupu. Hehe.
Karena menurut tradisi mereka, yang cupu dan di bawah umurlah yang tidak minum
sake. Ya anggaplah saya anak di bawah umur :p Atau saat mereka berencana
merayakan pesta semacam clubbing. Saya tidak bermaksud untuk sok-sokan ga mau
bergaul. Tapi saya rasa manusia manapun pasti membutuhkan space untuk menjadi
diri sendiri. Agar hidup tidak mengalir kosong dan hampa. Agar ada perenungan
dan pemaknaan. Mungkin tidak semuanya mengaggapnya penting kecuali yang luweh
buat mikir. Tapi setidaknya di akhir hari perpisahan dg mereka, saya
mendapatkan note dan feedback beragam. Dari mulai kata-kata sepele semacam cute
dan kawaii sampai yang mengharukan. Yuriko mengatakan “you’re more Japanese
than the Japaneses, how come?” Saya jadi bingung perasaan saya ga ikut2an minum
sake ga ikut2an clubbing, dari mana mereka nemu Japanese-nya ya? Mungkin karena
sy makan nasi sedikit dan suka makan sayur hehe. Katanya karena kalem juga
karena saya suka music Depapepe nah lho haha. Moga aja sih mereka ga nganggep
saya dingin kaya lelaki Jepang yang katanya sih dingin (kecuali Sato
satu-satunya yang heboh yang saya kenal). Mungkin mereka belum kenal sisi
ceriwis dan emosional syaa. Mungkin saya masih bingung untuk jadi rame di
tempat yang asing dalam waktu adaptasi yang hanya 2,5 minggu. Entahlah tapi
saya terkesan. Dan, Aya, roommate saya kala itu, dia mengatakan “I respect
you….” Dia heran karena tiap malam saya tidur hanya beberapa jam. Tugas
akuntansi yang di rumah sagaat overload belum juga tugas di sana. Dalam hati
saya pun bertanya, bukankah orang jepang lebih ngeri lagi dalam hal kinerja dan
manajemen waktu? Ah, sepertinya Aya berlebihan dalam menilai saya karena lebih
banyak orang keren di Jepang.
Saya jadi ingat dulu waktu SMA di
Walla Walla, saya pernah nemu sebuah love stick (ga tau namanya kaya tongkat
bidadari tapi ujungnya bentuk lope2 warna pink) di atas meja saya di kelas
multimedia pas masa-masa sekolah lagi heboh Valentine’s Day. Saya mah selo aja
hehe. Wong itu love stick kedua yg pernah sy dapet. Nothing’s special. Sombong
amat ya. Yang pertama saya dpt dari Melinda-teman sma beda kyakinan yg lumayan
jd deket setelah gabung klub debat, dan dia yang selalu nganggep saya anak
kecil. Waktu itu kami berkirim surat ga tau gimana ceritanya. Iya kayanya sih
Imel dan Oky agak diasingkan dan kalo anak-anak lain ngomongin di belakang dia.
I feel sorry for them. Biasalah anak sma. Tapi aku ga peduli karena mereka ga
berniat buruk. Mereka baik kenapa kita harus berlaku buruk? Mengapa harus
mengikuti yg lain? Balik ke love stick di atas meja saya. Saya takut banget antara
mau ngambil atau nggak. Kalo ngambil kepedean kalo dibuang keterlaluan kalo
dibiarkan mungkin jadi sok-sok innocent. Maksudnya biar ga mubadzir kali aja
yang punya atau yg lainnya mau ngambil lagi trus dikasih ke orang yang lebih
tepat hihihi. Tapi akhirnya saya pindah kelas hehe bukan karena apa-apa karena
saya ngerasa ga cocok. Kelas multimedia itu advanced banget, mayoritasnya cowok
yang IT banget. Bikin animasi 3D gitu. Nah lho, saya kan gapteknya ga
ketulungan ditambah love stick itu tambah ga nyaman. Dibilang cupu juga biar
toh saya biasa aja ketemu Mr. DeBroeck dan murid-muridnya. Beliau sangat
welcome meski saya akhirnya pindah kelas.
Nah di KKN itu, banyak sekali
tantangannya. Sejak pertama kali dapat kelompok syaa shock dpt tema kesehatan
tiba-tiba juga dtawari jd kormasit. Alamak. Kok ga ada nyambung2nya sama
ekonomi batin saya. Apa karena dokter yg meriksa saya kala itu tiba2 bikin
catatan agar mahasiswa ybs (saya) ditempatkan di dekat rumah sakit. Entah
maksudnya apa. Perasaan saya paling anti sama rumah sakit. Lah ini kenapa malah
disuruh deket rumah sakit? Mending deket rumah bapak ibu aja dok, hehe. Belum
lagi rumah pak dukuh ini kosong. Beliau hanya di lokasi (balai dukuh) siang
hari atau jika ada panggilan karena setiap malam beliau pulang ke Pakem di
tempat istri, anak, dan ibu mertua (smbah). Balai dusun sejak bapaknya pak
dukuh meninggal belum lama ini selalu kosong. Jadilah kami menyiapkan semuanya
sendiri. Superwomen J
Meski kadang sedih, Nay dan Dea kan rumahnya dekat. Trus gaya hidup kita juga
beda. Aku yang biasanaya makan makanan pinggiran hehe (sayur2 gitu) sekarang
stoknya macam sarden, kornet, dst. Buatku itu makanan kota. Tahukah kau,
pertama kali aku makan pizza aku muntah. Dan saat aku masih SD aku tidak bisa
minum susu kecuali ASI karena lactose intolerant. Makanya aku minum ASI sampai
kelas berapa ya? Hehe memalukan. Dan semua perbedaan kami akhirnya nyatu saat
nonton Masha atau nonton kartun Kisah Teladan Syaamil dan Dodo. Haha dasar
remaja-remaja berjiwa kanak2. Dan aku yg ngantukan. Kalo rapat di atas jam21
pasti udah ga konek kalo diskusi makanya rapat ditunda sampai pagi tapi giliran
teman2 yang ga konek kalo pagi. Maaf guys, I am a morning person. Kesepian dan
sibuk dg kesibukan yg dibuat-buat.
Wah wah, senengnya setelah bisa
belanja sendiri dan bikin sayur simple. Cuma tumis sawi, selada, pecel sayur tapi rasanya sedap. Bikin badan
jadi seger. Ya kali makan sarden mulu yg saya paham sangat kalian suka. Atau
kita akhirnya berselisih karena kita punya budaya yg berbeda. Entah kenapa
kalian sangat suka makan di luar. Padahal menurutku masak bareng lebih
menyenangkan dan membuat kita semakin akrab. Terima kasih banyak karena sdh
banyak mengerti. Tapi saya tahu kita hanya beda budaya dan taka da yang salah
tentang itu. Selain itu kloset di sini tdk berjalan lancar. Kata Nay yang anak
Teknik Sipil karena saptitengnya kurang miring. Jadilah kami sering ke SPBU
terdekat. Kadang takut pada syaitan aja. Syaitan kan banyak bentuknya ada yang
dalam bentuk manusia. Nggak nyaman aja dilihatin orang sekitar pom karena keseringan
ke toilet pom. Huhuhu.
Dan lagi, ga tau kenapa semenjak
pertemuan pertama kelompok anak-anak suka mem-bully. Iya mereka ga tau aku
sebenarnya senior sampai semua rahasia pun terungkap. Jaadi ya sudah aku enjoy
aja ga ada yang manggil mbak ga ada yang sungkan-sungkan sama aku J Tapi ini pun menjadi
boomerang eh boomerang kah? Pas rapat pertama ditunjuk kormasir jelas2 aku
nolak, kalau masih ada yang lain lebih baik yg lain. Habis itu kbrnya ada yg
mundur dan ga ada pengganti dan well aku ditawarin lagi. Nah entahlah apa karna
ditunjuk jadi kormasit trus ada gosip yang merisaukan. Sebenarnya salahku apa
ya? Bingung eh bingung… Perasaan aku sudah berusaha utk biasa aja.
Kondisi semakin parah. Dokter
Teti, dosen pembimbing lapangan kami datang. Mengevaluasi LRK person to person.
Giliran subunit kami. Aku, Nay, Dea, dan saya pasrah menuju peradilan hehe
setlaah satu jam ngantre lama… LRK saya yang pertama. Dokter Teti memanggil
saya si kecil hehe. Katanya saya kaya anaknya yg masih SD (?) Beliau dengan
muka penasaran bertanya, umurmu berapa? Saya mengalihkan pandangan. Sebuah
pertanyaan yang sangat tidak sy harapkan dalam evaluasi LRK ini. Oh come on!
Dea sebenernya udah tahu krn aku yg cerita sama dia. Dan ternyata kakak sepupu
dea temenku sma juga. Tapi yah harus banget ya nanyain umur pada evaluasi LRK.
Zzzz… Dalam awkward moment itu, dokter Teti kembali menatap saya dngan muka
yang tidak bisa menahan penasaran. “Eh, beneran tanya ya dok? Dua puluh dua
Dok…“saya jawab sambil nunduk. “Udah bisa nikah dong…”lanjut dokter Teti. “Udah
bisa ya dok?” Saya hanya tersenyum dan masih nunduk pasrah. Seseorang di
samping dokter Teti itu menyahut. “Yah, saya lebih muda… Saya dua satu.” “Zzz
siapa yang tanya?” (batin saya). Nay pun membisik. “Tuh dikode sama Efendi.”
Saya mengernyitkan dahi. Aduh gimana ya menghentikan perlakuan mereka. Saya
bingung. Dokter Teti sendiri yang bilang hindari segala macam friction
(gesekan) dengan masyarakat atau teman seunit. Jangan ada getaran2. Yah dok,
satu subunit cewek semua juga. Tapi ga tau nih satu unit pada kenapa perasaan
saya ga salah apa-apa kok. Muka polos begini di-bully terus gimana bisa stay
calm, padahal juga udah tau saya lebih senior. Huhuhu.
Sebenarnya saya sudah lelah dan
kebal juga dipermalukan di depan kelas atau di depan umum atau harus
menjelaskan mengapa mbak dan blab la. Sy lelah menjawab dengan jawaban yang
sama. Jadi kalo ada yang tanya lagi. Ini ya jawabannya baca baik-baik. Saya
seharusnya angkatan 2010 karena saya sma masuknya bareng angkatan 2010 tetapi
saya memang baru masuk kuliah tahun 2011. Pertanyaan berikutnya yang selalu
sama, lah kenapa gitu? Oh nggak papa kok memang baru jadi mahasiswa tahun 2011.
Anyway, apakah seorang yang belajar bersamamu dan usianya lebih tua darimu dia selalu
lebih buruk?
Allah sebaik-baik penolong dan
pelindung. “Ya Allah berkahilah kami di tempat yang Engkau berkahi. Engkaiulah
sebaik-baik pemberi tempat.”
Ini doa yang dipanjatkan di akhir
tausiyah dr. Probosuseno dan ada di Al Quran juga surat apa ya, al mu’minun
mungkinkah?
22 Juli 2014 2:22
Eh, jamnya bagus banget ya 2:22
pernah denger katanya kalo pas liat jam sama semua angkanya ada yang kangen kita
hehehe. Apa hubungannya coba? Nggak logis banget ya. Ya sudahlah bentar lagi
sahur)
No comments:
Post a Comment