lovely picture

Wednesday, July 23, 2014

Accumulated Thought

Bismillaah. In the name of Allah. The Most Beneficent. The Most Merciful.
Ini sudah kurang dari 10 hari terakhir Ramadhan :”( Merasa begitu tertinggal.. Harus mengejar tujuh hari kemarin dalam waktu yang tersisa. Entah kenapa tiba-tiba rasa takut menyergap. Sudah biasa sebenarnya terbangun sendirian tidak di kosan eyang itu, tidak pula di pendopo pak dukuh. Huhu tidak ada waktu banyak, semangaaat! Lillaah.

Bukan rasa takut yang biasa yang membuat saya tidak bsa tidur. Wudhu, sholat dua rakaat, tilawah dan bersedekah adalah kunci menghadapi masalah. Hanya tinggal sedekah nih. Yang jelas tidak mungkin sudah larut malam.. Jadi boleh ya sedekah pemikiran lewat tulisan? Ya kalu bisa disebut sedekah hehe.

Galau kah? Entahlah lebih tepatnya rasa takut. Bukan rasa takut biasa. Bukan rasa takut anak-anak yang melewati makam itu. Bukan seperti saat pesantren Ramadhan beberapa tahun silam ketika saya memimpin rombongan adik2 tpa yang masih kelas 1-2 melewati makam dan si kecil-kecil itu begitu ketakutan. Suara jerit ketakutan mereka terkalahkan oleh suara takbir yang saya serukan di hadapan tembok makam. Entah kekuatan dari mana. Saya hanya ingat kata pemandu saya, jangan takut, cukup ucapkan takbir apapun yang terjadi. Allah Maha Besar tidak ada yang pantas ditakuti selain Allah. Itu saja. Dan saya tidak tahu kenapa selepas kejadian itu, orang-orang banyak membicarakan dan menganggapnya sebagai hal lucu. Padahal saya tidak bermaksud melucu. Saya benar2 merasa sebagai pemimpin yang punya tanggung jawab sama adik-adik kecil di kelompok saya itu dengan seluruh anggota perempuan maka hanya takbir yang bisa saya gunakan untuk menguatkan mereka dan diri saya sendiri. Tapi kondisi saat ini berbeda. Kelompok ini bukan lagi rombongan anak kecil. Semakin dewasa semakin kuat karakter dan keyakinan masing-masing. Dan di sini saya belajar memahami. Ya, semoga bisa belajar.

Rasa takut kali ini entah ada yang beda. Pertama, takut amalan Ramadhan tdk memenuhi target karena kesibukan dan kemalasan. Kadang kepikiran buat jadi anak laki-laki yang ga perlu bolong puasanya, yang ga perlu ngejar ketinggalan target amalan krn panggilan satu minggu, ga perlu merasa insecure hanya krn dianggap tidak setangguh laki-laki. Astaghfirullah. Pemikiran dangkal yang kadang datang menyergap padahal sudah jelas menentang ketetapan Allah :”( Huhu semangat. Ngejar 12 juz dalam waktu yg tersisa setelah absen tujuh hari T-T

Kedua, takut tidak bisa menjaga hati dan diri. Bukankah galau karena Allah itu bukan hal yang salah? Iya. Rasanya KKN itu banyak sekali godaannya. Banyak sekali tantangannya. Jika dibandingkan dengan perjalanan ke luar tantangannya sama tapi berbeda bentuk. Jujur, saya beberapa kali berkesempatan melakukan perjalanan jauh. Tanpa keluarga. KKN ini hanyalah 25-30 km dari rumah tapi tetap saja ada ketakutan dan kekhawatiran.

Alhamdulillah kalu membaca tulisan mbak Asma Nadia dkk dalam Jilbab Traveler, perjalanan saya sampai detik ini aman terkendali hehe tidak separah pengalaman mereka. Meski ya, tetap saja banyak godaan. Terakhir saat AsTW di Filipina, harus kuat dan tangguh untuk menolak sake dan party yang tidak jelas. Itu bukan hal mudah untuk meyakinkan pada mereka yang mayoritas Jepang dengan tradisi sakenya. Sake sebagai wujud menghormati. Tidak semua orang bisa meminumnya memang. Pada usia tertentu. Jika tidak salah pada saat sma itu mereka (anak sekolah) terutama yg pertama kali akan diundang tk minum sake biasanya wujud penghormatan atau perayaan. Katanya sih minumannya panas. Sekeras apapun mereka merayu saya harus mengatakan tidak. Saya menghormati tradisi untuk merayakan akhir pecan kalian dengan sake dengan tidak mengganggu kalian, maka ijinkan saya menghormati keyakinan saya untuk tidak minum sake. Bayangkan, saya merasa begitu sendiri terkadang. Di lantai atas di atas dipan dan sayup-sayup saya dengar gelak tawa di antara mereka. Saya tak berani membayangnkan apa yg terjadi krn mereka pasti sdh setengah sadar. Saya hanya merenung, merasa lebih aman di atas sini menyendiri. Mencari-Nya, dan tiba-tiba sudah terlelap. Tidak ada yang istimewa memang. Pada benak mereka yang terdalam pasti mereka masih bertanya-tanya dan menganggap saya cupu. Hehe. Karena menurut tradisi mereka, yang cupu dan di bawah umurlah yang tidak minum sake. Ya anggaplah saya anak di bawah umur :p Atau saat mereka berencana merayakan pesta semacam clubbing. Saya tidak bermaksud untuk sok-sokan ga mau bergaul. Tapi saya rasa manusia manapun pasti membutuhkan space untuk menjadi diri sendiri. Agar hidup tidak mengalir kosong dan hampa. Agar ada perenungan dan pemaknaan. Mungkin tidak semuanya mengaggapnya penting kecuali yang luweh buat mikir. Tapi setidaknya di akhir hari perpisahan dg mereka, saya mendapatkan note dan feedback beragam. Dari mulai kata-kata sepele semacam cute dan kawaii sampai yang mengharukan. Yuriko mengatakan “you’re more Japanese than the Japaneses, how come?” Saya jadi bingung perasaan saya ga ikut2an minum sake ga ikut2an clubbing, dari mana mereka nemu Japanese-nya ya? Mungkin karena sy makan nasi sedikit dan suka makan sayur hehe. Katanya karena kalem juga karena saya suka music Depapepe nah lho haha. Moga aja sih mereka ga nganggep saya dingin kaya lelaki Jepang yang katanya sih dingin (kecuali Sato satu-satunya yang heboh yang saya kenal). Mungkin mereka belum kenal sisi ceriwis dan emosional syaa. Mungkin saya masih bingung untuk jadi rame di tempat yang asing dalam waktu adaptasi yang hanya 2,5 minggu. Entahlah tapi saya terkesan. Dan, Aya, roommate saya kala itu, dia mengatakan “I respect you….” Dia heran karena tiap malam saya tidur hanya beberapa jam. Tugas akuntansi yang di rumah sagaat overload belum juga tugas di sana. Dalam hati saya pun bertanya, bukankah orang jepang lebih ngeri lagi dalam hal kinerja dan manajemen waktu? Ah, sepertinya Aya berlebihan dalam menilai saya karena lebih banyak orang keren di Jepang.

Saya jadi ingat dulu waktu SMA di Walla Walla, saya pernah nemu sebuah love stick (ga tau namanya kaya tongkat bidadari tapi ujungnya bentuk lope2 warna pink) di atas meja saya di kelas multimedia pas masa-masa sekolah lagi heboh Valentine’s Day. Saya mah selo aja hehe. Wong itu love stick kedua yg pernah sy dapet. Nothing’s special. Sombong amat ya. Yang pertama saya dpt dari Melinda-teman sma beda kyakinan yg lumayan jd deket setelah gabung klub debat, dan dia yang selalu nganggep saya anak kecil. Waktu itu kami berkirim surat ga tau gimana ceritanya. Iya kayanya sih Imel dan Oky agak diasingkan dan kalo anak-anak lain ngomongin di belakang dia. I feel sorry for them. Biasalah anak sma. Tapi aku ga peduli karena mereka ga berniat buruk. Mereka baik kenapa kita harus berlaku buruk? Mengapa harus mengikuti yg lain? Balik ke love stick di atas meja saya. Saya takut banget antara mau ngambil atau nggak. Kalo ngambil kepedean kalo dibuang keterlaluan kalo dibiarkan mungkin jadi sok-sok innocent. Maksudnya biar ga mubadzir kali aja yang punya atau yg lainnya mau ngambil lagi trus dikasih ke orang yang lebih tepat hihihi. Tapi akhirnya saya pindah kelas hehe bukan karena apa-apa karena saya ngerasa ga cocok. Kelas multimedia itu advanced banget, mayoritasnya cowok yang IT banget. Bikin animasi 3D gitu. Nah lho, saya kan gapteknya ga ketulungan ditambah love stick itu tambah ga nyaman. Dibilang cupu juga biar toh saya biasa aja ketemu Mr. DeBroeck dan murid-muridnya. Beliau sangat welcome meski saya akhirnya pindah kelas.

Nah di KKN itu, banyak sekali tantangannya. Sejak pertama kali dapat kelompok syaa shock dpt tema kesehatan tiba-tiba juga dtawari jd kormasit. Alamak. Kok ga ada nyambung2nya sama ekonomi batin saya. Apa karena dokter yg meriksa saya kala itu tiba2 bikin catatan agar mahasiswa ybs (saya) ditempatkan di dekat rumah sakit. Entah maksudnya apa. Perasaan saya paling anti sama rumah sakit. Lah ini kenapa malah disuruh deket rumah sakit? Mending deket rumah bapak ibu aja dok, hehe. Belum lagi rumah pak dukuh ini kosong. Beliau hanya di lokasi (balai dukuh) siang hari atau jika ada panggilan karena setiap malam beliau pulang ke Pakem di tempat istri, anak, dan ibu mertua (smbah). Balai dusun sejak bapaknya pak dukuh meninggal belum lama ini selalu kosong. Jadilah kami menyiapkan semuanya sendiri. Superwomen J Meski kadang sedih, Nay dan Dea kan rumahnya dekat. Trus gaya hidup kita juga beda. Aku yang biasanaya makan makanan pinggiran hehe (sayur2 gitu) sekarang stoknya macam sarden, kornet, dst. Buatku itu makanan kota. Tahukah kau, pertama kali aku makan pizza aku muntah. Dan saat aku masih SD aku tidak bisa minum susu kecuali ASI karena lactose intolerant. Makanya aku minum ASI sampai kelas berapa ya? Hehe memalukan. Dan semua perbedaan kami akhirnya nyatu saat nonton Masha atau nonton kartun Kisah Teladan Syaamil dan Dodo. Haha dasar remaja-remaja berjiwa kanak2. Dan aku yg ngantukan. Kalo rapat di atas jam21 pasti udah ga konek kalo diskusi makanya rapat ditunda sampai pagi tapi giliran teman2 yang ga konek kalo pagi. Maaf guys, I am a morning person. Kesepian dan sibuk dg kesibukan yg dibuat-buat.
Wah wah, senengnya setelah bisa belanja sendiri dan bikin sayur simple. Cuma tumis sawi, selada,  pecel sayur tapi rasanya sedap. Bikin badan jadi seger. Ya kali makan sarden mulu yg saya paham sangat kalian suka. Atau kita akhirnya berselisih karena kita punya budaya yg berbeda. Entah kenapa kalian sangat suka makan di luar. Padahal menurutku masak bareng lebih menyenangkan dan membuat kita semakin akrab. Terima kasih banyak karena sdh banyak mengerti. Tapi saya tahu kita hanya beda budaya dan taka da yang salah tentang itu. Selain itu kloset di sini tdk berjalan lancar. Kata Nay yang anak Teknik Sipil karena saptitengnya kurang miring. Jadilah kami sering ke SPBU terdekat. Kadang takut pada syaitan aja. Syaitan kan banyak bentuknya ada yang dalam bentuk manusia. Nggak nyaman aja dilihatin orang sekitar pom karena keseringan ke toilet pom. Huhuhu.

Dan lagi, ga tau kenapa semenjak pertemuan pertama kelompok anak-anak suka mem-bully. Iya mereka ga tau aku sebenarnya senior sampai semua rahasia pun terungkap. Jaadi ya sudah aku enjoy aja ga ada yang manggil mbak ga ada yang sungkan-sungkan sama aku J Tapi ini pun menjadi boomerang eh boomerang kah? Pas rapat pertama ditunjuk kormasir jelas2 aku nolak, kalau masih ada yang lain lebih baik yg lain. Habis itu kbrnya ada yg mundur dan ga ada pengganti dan well aku ditawarin lagi. Nah entahlah apa karna ditunjuk jadi kormasit trus ada gosip yang merisaukan. Sebenarnya salahku apa ya? Bingung eh bingung… Perasaan aku sudah berusaha utk biasa aja.

Kondisi semakin parah. Dokter Teti, dosen pembimbing lapangan kami datang. Mengevaluasi LRK person to person. Giliran subunit kami. Aku, Nay, Dea, dan saya pasrah menuju peradilan hehe setlaah satu jam ngantre lama… LRK saya yang pertama. Dokter Teti memanggil saya si kecil hehe. Katanya saya kaya anaknya yg masih SD (?) Beliau dengan muka penasaran bertanya, umurmu berapa? Saya mengalihkan pandangan. Sebuah pertanyaan yang sangat tidak sy harapkan dalam evaluasi LRK ini. Oh come on! Dea sebenernya udah tahu krn aku yg cerita sama dia. Dan ternyata kakak sepupu dea temenku sma juga. Tapi yah harus banget ya nanyain umur pada evaluasi LRK. Zzzz… Dalam awkward moment itu, dokter Teti kembali menatap saya dngan muka yang tidak bisa menahan penasaran. “Eh, beneran tanya ya dok? Dua puluh dua Dok…“saya jawab sambil nunduk. “Udah bisa nikah dong…”lanjut dokter Teti. “Udah bisa ya dok?” Saya hanya tersenyum dan masih nunduk pasrah. Seseorang di samping dokter Teti itu menyahut. “Yah, saya lebih muda… Saya dua satu.” “Zzz siapa yang tanya?” (batin saya). Nay pun membisik. “Tuh dikode sama Efendi.” Saya mengernyitkan dahi. Aduh gimana ya menghentikan perlakuan mereka. Saya bingung. Dokter Teti sendiri yang bilang hindari segala macam friction (gesekan) dengan masyarakat atau teman seunit. Jangan ada getaran2. Yah dok, satu subunit cewek semua juga. Tapi ga tau nih satu unit pada kenapa perasaan saya ga salah apa-apa kok. Muka polos begini di-bully terus gimana bisa stay calm, padahal juga udah tau saya lebih senior. Huhuhu.

Sebenarnya saya sudah lelah dan kebal juga dipermalukan di depan kelas atau di depan umum atau harus menjelaskan mengapa mbak dan blab la. Sy lelah menjawab dengan jawaban yang sama. Jadi kalo ada yang tanya lagi. Ini ya jawabannya baca baik-baik. Saya seharusnya angkatan 2010 karena saya sma masuknya bareng angkatan 2010 tetapi saya memang baru masuk kuliah tahun 2011. Pertanyaan berikutnya yang selalu sama, lah kenapa gitu? Oh nggak papa kok memang baru jadi mahasiswa tahun 2011. Anyway, apakah seorang yang belajar bersamamu dan usianya lebih tua darimu dia selalu lebih buruk?

Allah sebaik-baik penolong dan pelindung. “Ya Allah berkahilah kami di tempat yang Engkau berkahi. Engkaiulah sebaik-baik pemberi tempat.”

Ini doa yang dipanjatkan di akhir tausiyah dr. Probosuseno dan ada di Al Quran juga surat apa ya, al mu’minun mungkinkah?

22 Juli 2014 2:22


Eh, jamnya bagus banget ya 2:22 pernah denger katanya kalo pas liat jam sama semua angkanya ada yang kangen kita hehehe. Apa hubungannya coba? Nggak logis banget ya. Ya sudahlah bentar lagi sahur)

No comments:

Post a Comment