lovely picture

Monday, August 4, 2014

Tong-Tong Sampah


“Bekerjalah, maka Allah, rasul, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu.”

Tidak terasa KKN sudah memasuki bulan Agustus.. Ya Allah waktu kami tinggal 24 hari.. Antara bahagia bisa segera pulang, sedih karena akan merindukan anak-anak dan suasana Dukuh yang sudah mulai homey, dan takut karena pekerjaan belum mencapai target perencanaan. Bismillaah semoga kami dimudahkan dalam menyelesaikan setiap rencana yang telah kami buat. Sebuah grand design menuju Dukuh Dua Ribu Tiga Puluh sebagai desa siaga aktif mandiri dalam kesehatan, pelestarian lingkungan, dan ketahanan perekonomian.

Suasana rumah Dukuh semakin nyaman, dengan kloset yang telah diperbaiki sehingga tidak perlu ke masjid atau SPBU, anak-anak yang mulai nyaman bersinggah, serta pemuda/i yang mulai mau bergabung dalam diskusi kami. Anak-anak dusun lain juga paling senang datang ke sini. Ya karena mereka ga perlu sungkan dg keluarga pak dukuh dan alhamdulillah melimpahnya supply makanan di sini. Kami punya tetangga-tetangga nan baik hati. Seorang nenek yang kedua anaknya sudah mapan tinggal seorang diri kerap kali membagi makanan yang ada di dapurnya. Beliau orang pertama yang kami temui saat survei pertama kami ke dusun tsb. Saya ingat betul eyang kos yang tinggal sendirian dan beliau hanya membutuhkan teman untuk menghabiskan waktu senjanya. Itulah mengapa kami sellalu dianggap cucunya. Begitu pula ibu penjual warung depan rumah, beliau sangat baik suatu hari kami tidak punya apa-apa untuk makan. Akhirnya kami ke warung beliau membeli apapun sayur yang tersisa. Dan persediaan bumbu kami memang habis. Beliau baik sekali membonusi bumbu-bumbu untuk kami sehingga kami tidak bingung mencari ke mana krn pasar yang buka di sore hari sepertinya tidak ada di sana.

Namun demikian, selalu ada hal yang membuat kita terjatuh yang seharusnya menjadi media evaluasi dan cambuk semangat untuk membuktikan tanpa banyak bicara. Saat pertama kali silaturrahim dengan ibu pengurus masjid. Saya ditemani dua kawan KKN saya (defika dan dea) mendapatkan feedback negatif. Saya tidak pernah menganggapnya sebagai cibiran. Alhamdulillah. Waktu itu suasana agak memanas, melihat raut wajah dua orang teman saya bisa terlihat jelas bahwa mereka sangat tidak senang dengan perlakuan kurang welcome tersebut. Tapi saya tidak ingin kesan pertama kami buruk. Saya juga tidak menduga beliau akan menuntut dan meng-underestimate kami, menyangsikan kemampuan kami. Apalagi setelah tahu kami akan ijin beberapa hari untuk pulang kampung. Saya hanya mengiyakan semacam curcol beliau dan menunjukkan niat baik untuk melakukan sebisa kami. Itu saja. Semuanya selesai. Kami membantu apa yang bisa kami lakukan di masjid setempat. Mungkin tak banyak tapi kami ingin membuktikan bahwa kami tidak ingin banyak bicara, kami ingin melakukannya sederhana dan setulus yang kami bisa. Alhamdulillah, beliau sudah sedikit lunak dan lebih ramah selepas lebaran. Plong rasanya.

Cambukan berikutnya, siang tadi saat teman-teman tengah membersihkan tong-tong sampah di rumah nenek yang baik hati (kami pinjam halaman beliau karerna halaman pak dukuh tak cukup luas), ibu tetangga lainnya datang menghampiri. Mengawasi setiap kerjaan kami. Drum-drum bekas oli dan tong plastik bekas tsb akan kami sulap menjadi tong sampah untuk mendorong warga memilah-milah sampah dan tidak membuang sampah sembarangan. Banyak sekali komentar  yang diberikan. Maksudnya baik tetapi siapakah yang tidak gundah ketika disebut-sebut “tidak bisa bekerja”. Saya maklum sekali sebagai mahasiswa yang memiliki bobot sks lebih banyak teori dan strategic thinking kami sangat kurang dalam hal teknis. Hal sepele seperti mengelupas bekas tempelan (stiker) kami hnaya menggunakan cutter karena barang paling simpel yang ada, tak pernah terpikir untuk memakai grenjeng krn kami juga tak punya (untuk mencuci kami hanya menyediakan stok sponge saja). Wajarlah beliau gemes. Tapi wajar pula jika kami gemes. Hehe. Drum bekas oli-oli tidaklah bersih diguyur air kami butuh bensin, thinner untuk membuatnya benar-benar bersih. Kami habiskan semalaman untuk mempersiapkan tong yang diminta pak dukuh untuk acara jalan sehat tempo hari. Setelah trial and error yang subhanallah menguras tenaga. Ya, di tengah malam, semburat sabit menemani kami melembur mengecat. Total tong sampah yang digunakan sekitar 18 buah.

Kami memang tak butuh orang-orang untuk melihat pekerjaan kami. Karena pekerjaan kami tidaklah seberapa. Mungkin kami memang hanya mhasiswa biasa yang belum cukup terlatih untuk bekerja secara teknis. Mungkin kami hanya seonggok sampah yang tampak buruk. Tapi kami akan menjadi sampah yang berguna dan bernilai. Karena kami bertekad dan berusaha mengubah sampah menjadi prooduk daur ulang yang bernilai guna hehe J (efek program sampah daur ulang)

KSM yang menjadi partner dalam pengelolaan limbah sampah adalah KSM Ngudi Resik.. Setelah semua surat pengurusan ke Dinas Pekerjaan Umum beres kami benar-benar shock karena cap yang dibuat oleh pak Dukuh bertuliskan KSM Ngudi Resick… Speechless.

*Catatan ngelantur seorang yang menghabiskan waktu sahur dalam keheningan. ketika semuanya tengah terlelap. Ini bukan  yang pertama. Just be happy. Walla Walla sudah banyak mengajari semua ini. Blessing in the month of Ramadhan, note yang Mom tulis di atas meja dapur kami pada malam Ramadhan pertama. Blessing in the month of Syawal, I cheered myself. J




No comments:

Post a Comment