“Bekerjalah, maka Allah, rasul,
dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu.”
Tidak terasa KKN sudah memasuki
bulan Agustus.. Ya Allah waktu kami tinggal 24 hari.. Antara bahagia bisa
segera pulang, sedih karena akan merindukan anak-anak dan suasana Dukuh yang
sudah mulai homey, dan takut karena pekerjaan belum mencapai target
perencanaan. Bismillaah semoga kami dimudahkan dalam menyelesaikan setiap
rencana yang telah kami buat. Sebuah grand design menuju Dukuh Dua Ribu Tiga
Puluh sebagai desa siaga aktif mandiri dalam kesehatan, pelestarian lingkungan,
dan ketahanan perekonomian.
Suasana rumah Dukuh semakin
nyaman, dengan kloset yang telah diperbaiki sehingga tidak perlu ke masjid atau
SPBU, anak-anak yang mulai nyaman bersinggah, serta pemuda/i yang mulai mau
bergabung dalam diskusi kami. Anak-anak dusun lain juga paling senang datang ke
sini. Ya karena mereka ga perlu sungkan dg keluarga pak dukuh dan alhamdulillah
melimpahnya supply makanan di sini. Kami punya tetangga-tetangga nan baik hati.
Seorang nenek yang kedua anaknya sudah mapan tinggal seorang diri kerap kali
membagi makanan yang ada di dapurnya. Beliau orang pertama yang kami temui saat
survei pertama kami ke dusun tsb. Saya ingat betul eyang kos yang tinggal
sendirian dan beliau hanya membutuhkan teman untuk menghabiskan waktu senjanya.
Itulah mengapa kami sellalu dianggap cucunya. Begitu pula ibu penjual warung
depan rumah, beliau sangat baik suatu hari kami tidak punya apa-apa untuk
makan. Akhirnya kami ke warung beliau membeli apapun sayur yang tersisa. Dan
persediaan bumbu kami memang habis. Beliau baik sekali membonusi bumbu-bumbu
untuk kami sehingga kami tidak bingung mencari ke mana krn pasar yang buka di
sore hari sepertinya tidak ada di sana.
Namun demikian, selalu ada hal
yang membuat kita terjatuh yang seharusnya menjadi media evaluasi dan cambuk
semangat untuk membuktikan tanpa banyak bicara. Saat pertama kali silaturrahim
dengan ibu pengurus masjid. Saya ditemani dua kawan KKN saya (defika dan dea)
mendapatkan feedback negatif. Saya tidak pernah menganggapnya sebagai cibiran.
Alhamdulillah. Waktu itu suasana agak memanas, melihat raut wajah dua orang
teman saya bisa terlihat jelas bahwa mereka sangat tidak senang dengan
perlakuan kurang welcome tersebut. Tapi saya tidak ingin kesan pertama kami
buruk. Saya juga tidak menduga beliau akan menuntut dan meng-underestimate
kami, menyangsikan kemampuan kami. Apalagi setelah tahu kami akan ijin beberapa
hari untuk pulang kampung. Saya hanya mengiyakan semacam curcol beliau dan
menunjukkan niat baik untuk melakukan sebisa kami. Itu saja. Semuanya selesai.
Kami membantu apa yang bisa kami lakukan di masjid setempat. Mungkin tak banyak
tapi kami ingin membuktikan bahwa kami tidak ingin banyak bicara, kami ingin
melakukannya sederhana dan setulus yang kami bisa. Alhamdulillah, beliau sudah
sedikit lunak dan lebih ramah selepas lebaran. Plong rasanya.
Cambukan berikutnya, siang tadi
saat teman-teman tengah membersihkan tong-tong sampah di rumah nenek yang baik
hati (kami pinjam halaman beliau karerna halaman pak dukuh tak cukup luas), ibu
tetangga lainnya datang menghampiri. Mengawasi setiap kerjaan kami. Drum-drum
bekas oli dan tong plastik bekas tsb akan kami sulap menjadi tong sampah untuk
mendorong warga memilah-milah sampah dan tidak membuang sampah sembarangan.
Banyak sekali komentar yang diberikan.
Maksudnya baik tetapi siapakah yang tidak gundah ketika disebut-sebut “tidak
bisa bekerja”. Saya maklum sekali sebagai mahasiswa yang memiliki bobot sks
lebih banyak teori dan strategic thinking kami sangat kurang dalam hal teknis.
Hal sepele seperti mengelupas bekas tempelan (stiker) kami hnaya menggunakan
cutter karena barang paling simpel yang ada, tak pernah terpikir untuk memakai
grenjeng krn kami juga tak punya (untuk mencuci kami hanya menyediakan stok
sponge saja). Wajarlah beliau gemes. Tapi wajar pula jika kami gemes. Hehe.
Drum bekas oli-oli tidaklah bersih diguyur air kami butuh bensin, thinner untuk
membuatnya benar-benar bersih. Kami habiskan semalaman untuk mempersiapkan tong
yang diminta pak dukuh untuk acara jalan sehat tempo hari. Setelah trial and
error yang subhanallah menguras tenaga. Ya, di tengah malam, semburat sabit
menemani kami melembur mengecat. Total tong sampah yang digunakan sekitar 18
buah.
Kami memang tak butuh orang-orang
untuk melihat pekerjaan kami. Karena pekerjaan kami tidaklah seberapa. Mungkin
kami memang hanya mhasiswa biasa yang belum cukup terlatih untuk bekerja secara
teknis. Mungkin kami hanya seonggok sampah yang tampak buruk. Tapi kami akan
menjadi sampah yang berguna dan bernilai. Karena kami bertekad dan berusaha mengubah
sampah menjadi prooduk daur ulang yang bernilai guna hehe J (efek program sampah
daur ulang)
KSM yang menjadi partner dalam
pengelolaan limbah sampah adalah KSM Ngudi Resik.. Setelah semua surat
pengurusan ke Dinas Pekerjaan Umum beres kami benar-benar shock karena cap yang
dibuat oleh pak Dukuh bertuliskan KSM Ngudi Resick… Speechless.
*Catatan ngelantur seorang yang menghabiskan
waktu sahur dalam keheningan. ketika semuanya tengah terlelap. Ini bukan yang pertama. Just be happy. Walla Walla
sudah banyak mengajari semua ini. Blessing in the month of Ramadhan, note yang Mom tulis di
atas meja dapur kami pada malam Ramadhan pertama. Blessing in the month of Syawal, I cheered
myself. J
No comments:
Post a Comment