Jalanan masih menderu
Suara knalpot bercampur debu
Langit berangsur-angsur kelabu
Air tumpah menggelinang jalanan
Orang-orang berlarian mencari naungan
Suara knalpot beradu
Bau debu, air, dan udara menyatu
Aroma hujan tak lagi sedap
Asap yang lembab menyisakan bau pengap
Deru debu jalanan
Jalanan semakin menderu debu
Kaki-kaki kecil merangkak kelu
Diiringi roda yang menggilas jalanan
Deru jalanan kian menggebu
Debu bertebaran ke udara
Matamu mendadak kelabu
Ke manakah perginya
Naungan meneduhkan di bola matamu
***
Kehidupan nyata di tengah menjamurnya bangunan megah dan pusat-pusat modernitas.
Benarlah perjalanan selalu membekaskan kenangan.
Betapapun perjalanan ini hanya diiringi oleh kedua kaki.
Ada berjuta kaki yang mengarungi jalanan yang sama.
Ada tanah yang kau pijaki dan tapaki penuh suka cita.
Ada langit yang kau tatap dengan penuh harap.
Tenanglah, selalu ada tempat bernaung ketika kau temui Ia.
Dan di setiap sudut sapalah mereka, tanpa peduli sesiapa.
Belajarlah pada mereka, mereka, dan mereka. Tanpa peduli sesiapa.
Kenangan tentang kota tua.
Kenangan tentang jejak langkah seorang anak manusia.
Kenangan dan perenungan tentang perjalanan usia.
Kenangan tentang jejak langkah seorang anak manusia.
Kenangan dan perenungan tentang perjalanan usia.
***
Beringharjo di bulan Desember
No comments:
Post a Comment