lovely picture

Monday, June 11, 2012

99 Cahaya - Sebuah Kado dari Padmanaba untuk Dunia - coming soon Juni 22


Eropa dan Islam. Mereka pernah menjadi pasangan serasi. Kini hubungan keduanya penuh pasang surut prasangka dengan berbagai dinamikanya. Berbagai kejadian sejak 10 tahun terakhir ­­­­– misalnya pengeboman Madrid dan London, menyusul serangan teroris 11 September di Amerika, kontroversi kartun Nabi Muhammad, dan film fitna di Belanda – menyebabkan hubungan antara Islam dan Eropa mengalami ketegangan yang cukup serius. Luka dan dendam akibat ratusan tahun Perang Salib yang rupanya masih membekas sampai hari ini.[1]
Islam. Bukankah ia salam, perdamaian, dan rahmat bagi semesta alam? Islam rahmatan lil’alamin. Cahaya Islam menerangi dunia dari kejahiliyahan mulai dari Arab, Afrika,  Eropa, hingga berbagai benua di belahan dunia. Saat Eropa tengah mengalami dark ages, Islam tengah mencapai peradabannya dalam berbagai sendi keilmuan. Peradaban Islam itulah yang meniupkan angin renaissance hingga membangkitkan Eropa dari dark ages (medieval) hingga mencapai kemajuan pesat hingga saat ini. Lalu, bagaimanakah Islam saat ini? Di manakah umat muslim cendekiawan, pembawa perdamaian dan peradaban dunia? Al-Khawarizmi - ilmuwan matematika penemu Aljabar dan peletak dasar pencatatan Akuntansi; Ibnu Sina -  ahli di bidang Kedokteran; Ibnu Khaldun – Bapak Sosiologi dan Bapak Ekonomi dunia pencetus teori Sosiologi dan Ekonomi sebelum Aristoteles dan Adam Smith. Siapkah menyampaikan kita risalah Rasulullah, para sahabat, dan para ilmuwan Islam untuk memberi cahaya kepada semesta hingga akhir zaman?
Hanum Rais dan Rangga Almahendra, dua penulis ini mencoba membangkitkan kekuatan cahaya Islam lewat uraian perjalanannya yang fenomenal dalam  99 Cahaya di Langit Eropa:
Allah-lah yang menguasai jiwa-jiwa kita. Membuatnya senang atau sedih, membuatnya tertawa atau menangis. Demikianlah aku menerjemahkan setiap pengembaraanku ke tempat baru. Penjelajahan terhadap sejarah masa lalu hanyalah suatu usaha untuk lebih mengenal diri sendiri, mengenal kuasa Tuhan atas jiwa-jiwa kita.
Untuk bisa menemukan Tuhan, aku tak boleh mencari tujuan-tujuan lain selain diri-Nya. Aku harus kembali  pada-Nya. Aku harus membuang jauh hal-hal yang dapat membuatku berpaling dari-Nya, termasuk “aku” sendiri. Semua yang kulakukan bukan untuk aku atau egoku, mungkin bukan pula untuk kebutuhan agamaku. Tapi hanya untuk kembali kepada Allah.
Islam adalah penyerahan diri sepenuhnya pada Allah. Pergi dan kembali hanya untuk-Nya.2
Seribu tahun Islam bersinar, lalu pelan-pelan memudar. Aku bertanya, mengapa?
Karena sebagian umat Islam sudah mulai melupakan apa yang telah diperdengarkan Jibril kepada Muhammad SAW pertama kali. Karena kita terlalu sibuk bercumbu dengan kata jihad yang salah dimaknai dengan pedang, bukan dengan perantara kalam (pengetahuan).3
Aku percaya, suatu hari nanti cahaya Islam akan kembali bersinar di muka bumi.4






1Rais & Almahendra. (2011). 99 Cahaya di Langit Eropa. Jakarta: Gramedia. Hal. 4
2Ibid.Hal. 374
3Ibid.Hal. 391
4Ibid.Hal. 392

No comments:

Post a Comment