lovely picture

Thursday, June 26, 2014

Sebuah Pengakuan


Alhamdulillaah, senang sekali menjelang Ramadhan ini bisa berkumpul bersama bapak, ibu, dan simbah. Hanya kurang mbak yang masih di klinik hiks ada yang kurang.. Setidaknya bisa berkumpul begini lagi, selalu kangen masakan simbaah sih. Dan entah kenapa tanpa berencana membuat pertemuan kali ini berakhir melankoli begini. Sebuah pengakuan. Namun, setidaknya dengan sedikit menghabiskan waktu bersama kami lebih bisa saling terbuka dan tentunya saling memahami masing-masing. Dan pada akhirnya, kami sama-sama saling memulai lembar baru untuk Ramadhan. Saling memaafkan. Dan momen spesial itu, bisa meluk ibuk hehe.

Alhamdulillah, Ramadhan sebentar lagi tiba.  Dia seperti sahabat lama yang selalu menyempatkan berkunjung sekali setahun. Sementara, apa yang aku lakukan? Mungkinkah aku sahabat yang tidak tahu diri dan mudah melupakannya? Huhu. Sudahkah benar-benar mempersiapkan kedatangannya? Astaghfirullah.. Rasa-rasanya aku ini sahabat yang tidak tahu diri. Ramadhan, selaamat datang kawan terbaik, kawan penuh barokah. Ya Rabb jadikanlah kami bagian yang berntung untuk meraih kebarokahan Ramadhan hingga kita bisa berjumpa lagi. Aamiin.

Belum lama ini dua adik sepupu sedang mecari tempat kuliah. Yang satu adik sepupu laki-laki yang dulu kecil bandeeelnya haha. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah baikan meskipun agak galauan. Iya dia yang suka nanya matematika fisika karena dia benar-benar benci kedua hal itu. Dengan seedikit ilmu yg pernah didpt selama di bangku sekolah seneng banget bisa ngajarin jadi bermanfaatlah pernah belajar dan suka pelajaran itu. Mohon doanya ya, dia pengin ambil keperawatan. MasyaAllah adik saya ini justru suka banget Biologi dan pengen jadi perawat. Salut deh. Semoga dimudahkan.

Sepupu satunya perempuan. Sebenarnya mbak statusnya karena dia putri pakdhe tapi ternyata sy yang lahir dulu. Mbak sepupu ini maunya di Akuntansi kalau nggak Akuntansi nggak mau sekolah. Masya Allah sekali ya semangatnya. Ya, semoga dimudahkan utk meraih cita-citanya. Aamiiin.

Entahlah, melihat dua adik sepupu saya jadi bernostalgi. Jadi mikir lagi. Meerenung dan terjadilah pengakuan terbesar itu. Saya hanya menangis di hadapan mereka. Saya tak pandai mengungkapkan perasaan saya selalu begitu. Akhirnya saya bisa bercerita. Terima kasih Buk, Pak, Mbah. Kalian terlalu tulus. Semoga saya menjadi anak yg bisa membalas ketulusan kalian.

Ya Allah maafkan saya, ampuni saya ya Allah mungkin saya telah kufur, saya banyak salah. Sejujurnya benar-benar merasa bersalah sama ibuk dan bapak karena saya belum menjadi anak yg terbaik. Selama ini saya jauh sekali dari motivasi luar biasa adek-adek itu. Saya harus mengakui. Saya pernah merasa sangat kehilangan arah dan tidak tahu bagaimana memulainya. Sungguh saya tahu Bapak dan Ibu selalu mengaharap dan mengarahkan kepada yang terbaik. Iya saya sangat merasakannya. Hanya saja saya.. Saya yang tidak cukup kuat, belum cukup tangguh.

Semakin hari saya mencoba memahami diri saya dan orang-orang di sekitar saya. Saya mencoba memahami, mengamati, dan mempelajari dari mereka. Saya tahu Akuntansi adalah bidang yang sangat baru bagi saya. Saya tahu usaha saya belum seberapa. Saya hanya berharap selangkah lagi selangkah lagi dan saya bisa menyelesaikan perjalanan ini dnegan sebaik-baiknya. Saya hanya berharap saya bisa menjadi seseorang yang bisa memberikan manfaat. Saya memang tidak punya cita-cita muluk untuk bekerja sebagai akuntan ternama di perusahaan besar ataupun kantor akuntan public, jadi auditor yang jam terbangnya tinggi. Saya benar-benar pernah merasa lost ketika ideals di lingkungan berbeda dengan idealism inside of me. Rasanya seperti saat saya kelas 3 sma. Kala itu saya pulang dari pertukaran pelajar dengan berbagai idealism dan cita-cita. Saya tahu saya suka humanity. Ketika pendataan hanya saya anak ipa 1 atau bahkan seangkatan yang menuliskan mau masuk humanity target UI. Subhanallaah deh.. Saya hanya seseorang yang punya internal value yang kuat. Ketika itu saya bingung karena ibu dan lingkungan memancangkan kedokteran sebagai ukuran keberhasilan. Ya saya bingung. Dan ya, begitulah selalu ada saja nilai-nilai yang tidak sejalan dengan nilai ideal pada umumnya. Namun, pengakuan kali ini semoga bisa mnguatkan kembali.

Di sebuah kelas ekonometrika yang paling dihindari di FEB, dosen yang saya kagumi bertanya, “Anda Akntansi tapi anda mengambil ekonometrika?” Tanya beliau sedikitt takk percaya. “Eh iya Pak.” Jawab saya sedikit ragu. “Hmm kenapa?” “Saya tertarik Ekonometrika Pak. Saya suka belajar hal-hal seperti ini.” “Wah, semestinya Anda jangan di Akuntansi. Anda salah jurusan.” Hancur hati saya saat itu tapi saya sudah bertekad dan berniat untuk belajar benar2. “Iya mungkin Pak. Tapi saya menikmati dan menyukai pelajaran ini. Mungkin Bapak mempunyai gambaran bagaimana menerapkan ilmu ini ke Akuntansi?” “Iya banyak sekali manfaatnya. Data mikro yang dipelajari di ekonometrika ini data yang penting bagi akuntansi, perusahaan, dan lainnya. Aakan sangat applicable. Sebaiknya Anda belajar Behavioral Finance nantinya.” “Oh iya Pak, saya pernah mendengar dan mengambil krsus online tapi Behavioral Economics, apakah sama? Karena di sini tidak ditawarkan mata kuliah tsb.” “Oh iya, tapi itu ilmu ekonomi. Behavioral Finance lebih spesifik ke Finance.” “Ohiya Pak, teriam kasih atas informasinya.”

Ya begitulah. Saya memang sesorang yang tdk suka dibelenggu oleh standar. Standar manusia itu berbeda-beda mengapa kita harus mempermasalhkannya. Alhamdulillah saya bisa membuktikan bahwa saya tdk main-main. Saya benar-benar bertekad dan bisa mendapat nilai yang hampir tdk mungkin diraih di kelas beliau. Alhamdulillah saya menemukan sedikit pencerahan beliau utk tdk lost lagi. Sampai-sampai kawan saya yg sudah lulus (karena dia aksel jadi angkatan 2009) bilang mau menjajakan bakso kalo saya ambil ekmet2. Sambil bercanda, saya menjawab tertarik sekali ngambil kelas lanjutannya. Dulu waktu semester 1 saya juga dijanjikan dapat semangkok bakso dari mbak sekar krn berhasil menyelesaikan soal di depan. Tapi saya selalu mengingatkan motivasi itu ada di hati. Minta Allah saja yang menjaganya.

Dalam konferensi kecil ini bersama simbah, bapak, ibu, saya hanya ingin menyamakan kembali visi dan misi kami. Ya, karena kami keluarga. Karena kami tidak ingin kami bergerak sendiri tercerai berai. Kami adalah keluarga dan atas ijin Allah. Seperti dalam ilmu Sistem Pengendalian Manajemen, dalam sebuah organisasi terkecilpun keluarga tiap-tiap kita adalah bagian-bagian yang saling berjalan bersama dengan aktuvitas berbeda kami memiliki satu tujuan yang sama. Goal congruence. Pengendalian paling mudah adalah komunikasi informal maupun formal. Dan kali ini saya bersyukur masih bisa menemukan momen yang tepat.

Memang Bapak sedang dalam masa transisi dengan berbagai hal yag psti membebani pikirannya. Ya, beliau dicabut dari kepala sekolah secara menurut saya system yang tidak adil. Karena bapak hanyalah orang di bawah pekerja lapangan yang berusaha mencari yang terbaik. Mencari murid untuk sekolahnya yang swasta dan kekurangan murid. Menggratiskan sekolah utk emreka yg memang tdkpunya biaya. Membimbing dari rumah ke rumah. Saya tahu bapak bukan siapa-siapa yng punya kewenangan apapun. Suatu ketika bapak yang berpendirian keras itu mengungkapkan masukan kepada jajaran atas (diknas setempat) untuk meninjau kembali kebijakan yang memperbolehkan sekolah negeri menampunng secara khusus mereka yang belumditerima. Jadi, menunggu sampai akhir pengumauman di kota keluar, aka nada beberapa kursi sekoalah negari local yg nantinya bisa ditempati mereka yg telah diberi kursi khusus. Hal ini menurut bpk tidak tepat menyalahi aturan, krn selain illegal juga menyebabkan sekolah pinggiran lain teruatama swasta menjadi kehilangan calon murid. Sebenarnya, masuk akal juga yg dipikirkan bapak. Ada goal incongruence dalam jajaran pendidikan tersebut. Mengapa seperti perusahaan yang bersaing saham, berspekulasi, dan mau untung sendiri? Apa yang sebenarnya dicari?

Akibat dari tindakan bapak, bapak dicabut dari yayasan tsb. Sebenarnya bapak pernah bilang bahwa bpk hanya memperjuangkan apa yg harus diperjuangkan. Ketika sudah tdk dibutuhkan yayasan ya tidak masalah. Yang penting tugas bapak menjadi guru yg bisa mengabdi. Saya terharu.

Kali ini bapak bilang katakana saja apa yang ingin dikatakan. Tidak usah menangis. Bapak hanya ingin kamu tahu bahwa bapak tdk hanya memikirkan mbak dan adik. Bapak punya tanggung jawab murid2 bapak yang posisinya di bawah dan dua keponkan kesayangan bapak yang sdh ditinggal almarhum pakdhe yang dulu menyekolahkan bapak. Iya, saat itulah saya merasa sangat bersalah. Saya tdk ingin membebani bapak. Saya hanya ingin bilang. Mohon terima saya apa adanya. Saya suka mengajar dari dulu. Saya suka menulis. Saya mencoba menyukai Akuntansi meskipun sulit. Jika nantinya saya tdk bekerja seperti idealnya lulusan akuntansi apakah bpk ibu tdk apa2? Apakah bpk ibu akan kecewa seperti saat pertama kali dalam hdp saya mengecewakan dg mengatakan tdk ingin mengambil jalur keokteran?

Akhirnya saya hanya memeluk ibuk.Dan saat itulah saya bersyukur bs mengungkapkan ini. Saya tdk pernah benar-benar membangkang. Saya tdk ingin sekalipun mengecewakan. Saya hanay manusia yg cukup emosional tetapi sya masih punya rasio dan prinsip keyakinan yang selalu sy pegang insya Allah.

Mengejutkan sekali Bapak justru mengatakan. Iya tidak masalah kalau sudah diniatkan tinggal diperjuangkan. Bapak bukan keberatan tentang itu. Bapak hanya ingin kamu paham bahwa bapak dan ibu selalu mengharapkan yg etrbaik utk anaknya. Ketika menyekolahkan pun bapak ibu menggunakan uang yang halal. Unag yang resmi menjadi milik kita bukan uang yang kita kumpulkan yang menggunung dalam tabungan dan rekening kita. Bukan. Uang kita sesungguhnya titipan dari Allah yang kita keluarkan untuk memenuhi kewajiban mereka yg membutuhkan setelahnya kita gunakan untuk keidupan kita. Bapak juga matur nwuwun karena punya anak-nak seprti mbak dan adik yang tidak aneh2 yang tidak minta ini itu, yang sehat, yang sholihah. bapak  berterima kasih.

Saya trenyuh sekali....

Saya ingin sekolah lagi Pak Bu. Saya masih ingin belajar. Saya mau berjuang mencari beasiswa. Setelah menyelesaikan di sini, saya ingin belajar dan mengejar apa kebahagiaan sesungguhya. Melepaskan penilaian2 ornag tentang makna kesuksesan bahwa kita memiliki ukuran sukses kita sendiri. Saya tidak menjamin bs menjadi dosen setlah itu. Tapi saya yakin ilmu tdk akan pernah sia-sia. Hingga saat ini saya belum memutuskan, saya memang punya ketertarikan kuat dg Sastra. Tapi saya jg berrtnaggungjawab terhadap ilmu akuntansi saya. Saya suka belajar tentang manusia. Saya tertarik Behavioral Finance kemungkinan itulah yang sangat nyambung dg bidang dan minat saya. Jika pun tidak mampu, saya tertarik Humanity science, rumpun keilmuan itu sdh menjadi ketertarikan sendiri. Mohon doanya, Pak, Bu, saya bisa lancar menyelesaikan semuanya. Saya tertarik untuk tetap menekuni sastra meskipun tdk seberapa. Menulis saja cukup, mengajari anak2/sepupu bahasa inggris jg menyenangkan sebagai sambilan atas kecintaan pada dunia sastra. Apalagi jika sy berkesempatan sekolah lagi saya ingin bs mandiri. Belum tau pak bu bagaimana nantinya. Tapi insyaAllah selama ada kemauan dan usaha sy bs dapat beasiswa lagi. Negara yang menjadi pusat studi keuangan itu adalah Inggris. Negara itu juga pusat studi sastra yg saya impikan dari dulu. Atau, mungkinkah Tuhan akan menjawab permohonan kita bersama untuk bisa berkumpul dg keluarga Reiter suatu saat nanti? Ya, semoga pada saatnya nanti saya benar-benar dewasa dan mandiri. Aamiin ya Rabb.

Hujan yang turun dengan deras di luar membuat kami sama-sama terhanyut dalam sebuah emotional moment. Semoga doa kami diijabah dalam waktu terbaik, doa di kala hujan.



ini foto sebulan yang lalu saat mbak pulang dan kami berkesempatan berkumpul full team :")

No comments:

Post a Comment