Aku mencintaimu. Seperti karang mencintai lautan. Seperti mendung mencintai
pelangi. Seperti angin yang mencintai hujan. Aku sungguh mencintaimu. Tetes air
yang mengalir lembut melunakkan kerasnya batu.
Air mataku mengalir di atas
sebuah sajak yang kutulis sepuluh tahun yang lalu. Semalam sebelum ayahku
pergi. Hingga tak sempat ia membaca sajakku untuknya. Ia pergi tanpa sepatah
kata. Bahkan tanpa pernah memahami satu pun sajak yang kutulis hanya untuknya.
Aku semakin kehilangan jiwa. Entahlah, mungkin aku memang sakit jiwa. Sakit
jiwa yang tak seorang pun memahaminya. Sakit jiwa yang hanya bisa kurasakan
seorang diri. Dalam sajakku yang tak pernah ia pahami. Sakit ini semakin
menjadi hingga aku pun merasakan kehilangan jiwa untuk kedua kalinya.
Namaku Asa. Mahesa Aisa. Aku
seorang gadis yang sejak lahir tak pernah bertemu dengan ibu. Kata ayah, ibuku
meninggal saat melahirkanku. Tapi aku tak pernah mengerti permasalahan yang
sebenarnya terjadi dalam keluarga kami. Yang kutahu ayah memutuskan untuk
pergi. Pergi sejauh-jauhnya dari semua kenangan tentang ibu, katanya. Hingga ia
tinggalkan seluruh kerabat yang dikenalnya. Mengasingkan diri di tengah hiruk
pikuk ibu kota. Kami pun seperti sepasang ayah dan anak yang hidup di kota
metropolitan Jakarta tanpa seorangpun kerabat.
Kesendirian dan kesepian adalah
teman baikku sejak kecil. Aku habiskan waktu menanti ayah pulang di dalam rumah
yang terkunci dari luar. Aku memeluk erat boneka panda, Poni, sahabatku sejak
bayi. Autis barangkali orang akan berpikir. Sebab tiap pagi aku akan
menyapanya, bermain dengannya, menganggapnya benar-benar ada dalam sepinya
waktu, dan saat malam tiba aku akan kembali terlelap memeluknya erat.
Ayah adalah seorang pekerja
keras. Dia amat pendiam. Tapi aku suka suaranya saat ia bernyanyi meski lirih.
Menurutku suaranya tak kalah dari Josh Groban, tentu jika ia sungguh-sungguh
menekuni dunia tarik suara. Tapi ia bukan penyanyi. Dia adalah karyawan sebuah
perusahaan akuntan publik. Setiap hari ia habiskan waktu untuk pekerjaannya
yang semakin memakan usia. Dan aku, aku seorang anak biasa yang selalu merasa
sendiri. Seperti terlahir di dunia ini dengan keheningan jiwa yang tak
tertahankan.
*Ya Tuhaaan.. sepertinya ini cerita fiksi terakhir yg kubuat tertanggal 26 Januari 2013. Dan tak pernah selesai sampai sekarang.... Sudah lamaaa sekali ya hampir setengah tahun meninggalkan dunia itu...... Y_Y
No comments:
Post a Comment