percakapan jalanan tadi masih membekas. nocturnal memang. ya, satu2nya pijakan untuk menguatkan tekad ini tak lain adalah wujud bakti kepada bapak dan ibu. tidak ada lagi yg lebih berarti dari melakukan yang terbaik kepada mereka yg telah membrikan segalanya terbaik untuk kita bukan? itulah alasan terkuat mengapa aku harus bertahan di sini. meski idealisme berkata lain. meski rasanya berat dan hilang arah. tenang, tenang, dan berjalanlah dengan tenang.
tenang. rasanya aku tidak tau apakah aku sedang teanang? sepertinya justru aku sedang menenangkan diriku sendiri. bukankah manusia itu hanya bertugas menyusun rencana, melakukan yg terbaik untuk mencapainya, dan kembali kepada-Nya? sekarang apakah renacanaku sudah rapi? apakah niatku sudah tulus, lurus, dan teguh? apakah yang kulakukan sudah maksimal yang terbaik yang bisa kulakukan? apakah aku sudah kemabali kepadaNya setiap saat setiap kebhagian dan kesediahn itu terasa? benar2 belum ada apa2nya.. T__T
tenang. rasanya aku tidak tau apakah aku sedang teanang? sepertinya justru aku sedang menenangkan diriku sendiri. bukankah manusia itu hanya bertugas menyusun rencana, melakukan yg terbaik untuk mencapainya, dan kembali kepada-Nya? sekarang apakah renacanaku sudah rapi? apakah niatku sudah tulus, lurus, dan teguh? apakah yang kulakukan sudah maksimal yang terbaik yang bisa kulakukan? apakah aku sudah kemabali kepadaNya setiap saat setiap kebhagian dan kesediahn itu terasa? benar2 belum ada apa2nya.. T__T
baiklah, aku akan membagi percakapan dalam pikiranku yang seharian melintas dan di tengah malam ini serasa bejibun berjatuhan memenuhi ruang hati dan pikiran. pertama, apakah prioritas dalam hidup ini? rasanya banyak sekali keinginan kita. manusia nalurinya tak pernah puas. dan begitulah yang kurasakan. apa sih sebenarnya prioritas hidupku? ada kalanya aku merasa aku nyaman begini. namun berbagai gejolak hati dan pemikiran membuatku merasa, ah, tidak bisa begini, tidak bs cukup begini. harus bergerak lagi. harus begini lagi. tapi demi apa? mengapa hati manusia begitu rapuhnya. qalb yang mudah terbolak balik.. memang hati hanya bisa meminta kepada yang memilikinya agar ia tegak berdiri.
lalu, sebenarnya apa yang aku cari? sejujurnya ini memang jalan yang dipercayakan orang tua kepadaku. tentu saja. tapi, percakapan itu kembali menyapa. kita harus memiliki pijakan. pijakan di mana kita melakukan sesuatu karena cinta. berat sekali melakukan ini.. karena terkadang aku bimbang seperti apa, bagaimana, dan bla bla bla. memang terlalu banyak berpikir itu bisa jadi bumerang. hidup itu pilihan? pertanyaan klasik. hidup itu pemberian kalo menurutku. tidak ada di antara kita yg meminta dan tak ada yg bisa menolak. logisnya sih gitu. tapi mejadi pilihan ketika mengisi hidupnya mau seperti apa, iya kan?
baiklah, untuk saat ini mungkinn belum ada jawaban dan titik terang yang jelas menyimpulkan percakapan batin itu. tapi cukuplah meredam pikiran dan batin yang sedang meregang. setidaknya menenangkan diri bahwa semua ini adalah sekelumit cerita yang kita susun dalam perjalanan hidup kita. entah bagaimana hasilnya nanti. lakukan dengan hati. sungguh-sungguh dan sabar. manjada wa jadda. man sabara zafira. semangaaat kakaaa :")
OOT:
sampai detik ini masih belajar untuk mencari pertimbangan2 ke mana kelak akan melangkah. baiklah, bermimpilah sejenak untuk tetap istiqomah menulis untuk kebaikan apapun itu. curhat ga jelas seperti ini pun asalkan berakhir pada filtrasi kebaikan ya tidak masalah. dan, akademisi atau praktisi? tidak bisa lepas di anatra keduanya. selamanya adalah pembelajaran. dan menjadi mahasiswa adalah barang mahal dan kepercyaan yang luar biasa besar. semoga dimudahkan. baik menuntut ilmu secara akademik dan ilmu2 praktis kehidupan :) ya Allah mudahkan jalan kami ini. apapun hasilnya nanti.
semangaaaat iniiii:
Palapa Project 15 JULY
Tempo Institute 17 AUGUST
Pena Ceria
SCG? well not sure please help
setiap pembelajaran adalah milestone untuk menghargai hidup yang hanya sekali.
No comments:
Post a Comment