lovely picture

Tuesday, September 2, 2014

Yang Tak Tersampaikan

Dear SLM-16,
Ada yang mungkin tak tersampaikan dari perjalanan singkat yang hanya secuil bagian dari sepanjang usia kita.

Semuanya dimulai dengan keterasingan saat kali pertama kita saling menyapa. Keraguan dan ketakutan yang diam-diam aku pendam.

Sekelumit cerita yang diwarnai canda tawa dan air mata. Pun dalam setiap benturan-benturan kepribadian dan pandangan, wajah pasrah lelah, serta keterdiaman di antara kita.
Barangkali ada yang tak tersampaikan. Yang tak terwakili hanya oleh kata terima kasih dan maaf sebesar-besarnya.

Semuanya, pada akhirnya bermuara pada perenungan.
Kita terlahir dalam persamaan dan perbedaan. Mencoba memahami setiap persamaan dan perbedaan, dan segala ketidaksempurnaan.

Meski tetap saja aku tahu, aku tak benar-benar sempurna dalam memahami segalanya. Selalu saja ada yang membuatku lupa, khilaf, dan keras kepala. Yang pastinya menjadikan kekecewaan dan keterlukaan. Yang barangkali bahkan tak pernah kusadari. Terima kasih karena telah merelakan semuanya.
Terima kasih atas tujuh pekan yang telah kalian relakan dan pelajaran yang kalian berikan. Atas segala pemakluman dan pengertian.
Kini semuanya telah usai. Namun, kita telah memulainya. Persaudaraan di antara kita. 

"we love each other because we are similar. 
we learn from each other because we are different." 



Terima kasih dokter Teti, meskipun belum bisa benar-benar mengenal secara personal L Saya selalu ingin mengenal ibu secara personal tapi tak pernah bisa tersampaikan. Ketika ibu tiba-tiba bergabung dg kami saat makan dan menanyakan kabar kami rasa-rasanya saya punya ibu lagi hehe. Sosok keibuan dokter sangat berkesan. Speechless sekali rasanya mendengar setiap wejangan ibu. Dan kata-kata ibu saat perpisahan adalah kata-kata defense yang pernah saya ucapkan dalam forum subunit jika teman-teman subunit msih ingat ketika kalian bertanya tentang ekspektasi kkn saya. Don’t we have this kind of invisible connection? Saya selalu berharap bisa belajar dan mengenal sosok seperti ibu secara personal karena saya selalu menemukan kearifan saat saya benar-benar mengenal guru-guru kami. Keterbatasan diri untuk bisa terbuka dengan orang baru apalagi dosen, dan waktulah yang mungkin tak bisa saya kendalikan yang membuat saya sangat menyesal.

Terima kasih spesial untuk teman-teman yang sdh memaklumi kerempongan saya. Maaf banget sdh bikin kalian rempong. 

Untuk kalian yang aku rempongin mulai dari hal kecil, kaya nolak tebengan motor atau bikin rempong saat membagi tebengan. Yang seringkali menyebabkan awkward moment. Jujur saya mati-matian belajar naik motor setelah lulus sma. Dan sampai sekarang cuma bisa dan berani naik motor yg saya pakai buat latihan dulu, motor butut ibu saya honda star  itu. Niat saya hanyalah tidak ingin tergantung orang lain dan melukai orang lain. Saya tidak ingin melukai jika harus menolak tebengan dan niat baik teman-teman laki-laki. Maafkan jika kalian sering merasa tidak dihargai atau merasa sulit memahami, tidak apa-apa itu memang cara saya menghargai kalian. Dan karena saya pun tak sempurna dalam memahami kalian.

InsyaAllah kerempongan dan awkward moment itu tdk ada niatan buruk. Namun, maaf saya tahu seringkali betapa keras kepalanya saya. Maaf ya dan terima kasih sdh memberikan pelajaran berarti. 

Belajar menempatkan diri. Masih gagal pada saat perpisahan kemarin. Saya hanya merenungi semuanya. Betapa singkat dan begitu banyak yg tak mampu saya lakukan untuk kalian. Sometimes that happens. Saya tidak tahu bagaimana. Maafkan jika kalian merasa tak berkenan dan tak nyaman. Mungkin saya harus berdiri terbalik agar air mata itu tidak tumpah seenaknya..

Untuk lima kembara Dukuh yang sudah mau membagi segalanya. Thanks for everything. Dan terima kasih memberikan banyak pemakluman pada kekurangan saya. 

Frankly, I was feeling down at the farewell. Looking back and finding that I haven’t done anything yet, or becoming the person I am supposed to be, just made me feel down. That’s why I try to find my own space. Not that I don’t want to be within the group, indeed I was trying to find a strength. Thank you for your effort to cheer me up. Not that I am too mellow for a goodbye. But, I was having such a contemplation my self during that farewell day.Hearing all the farewell messages from dokter Teti and all of you made me feel happy and sad at the same time. Maaf jika tdk berkenan dengan ketidakmampuan sy meng-handle every emotional moment. Saya telah berusaha tapi gagal. 

Untuk semuanya terima kasih ya. Maafkan saya yang banyak salah. I’m truly nothing without you all. I love you all. Selamat berjuang di jalan masing-masing. Sayonara :) 


Salam takzim.


No comments:

Post a Comment