lovely picture

Saturday, August 30, 2014

Maha Perencana


"Dan berencanalah kalian, Allah mmebuat rencana dan Allah sebaik-baik pembuat rencana." (Ali Imran:54)

"Innal muttaqina fiijannatin wa nahaarin fii maq’adis shidqin ‘inda malikin muqtadirin. Sesungguhnya orang-orang yg bertakwa itu berada di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Allah Yang Maha Kuasa." (ayat terakhir dalam surat Al Qamar)

Baru saja menamatkan Mahkota Cahaya untuk Ayah Bunda. Rasanya jauh sekali dari seorang anak kecil sehebat Hafiz. Tidak ada kata terlambat hanya saja menjaga dan menambahnya tak semudah mengangankkannya.

Ada pesan moral menarik di bagian akhir buku itu yang sangat membuat saya merasa menapak tilas kejadian belakangan ini. Allah itu mengabulkan doa orang-orang yang berdoa dengan sungguh-sungguh. Ya, seandainya Allah belum berkenan mengabulkan doa yang kita panjatkan artinya Allah sedang mempersiapkan rencana indah lain untuk kita. Allah ingin kita berusaha lebih keras dan terus memohon kepadanya. Pesan moral itu tersampaikan lewat tekad Hafiz menamatkan hafalannya. Ketika sang kakek mahagurunya akhirnya pergi sebelum dia berhasil merampungkan dua juz, dia pun merasa bersalah dan bertekad untuk menggapai apa yang diharapkan kakek serta bapak ibu yang telah mendahuluinya. Yakni menjadi seorang hafizh yang menjaga hafalan Al Quran dan menghadiahkan mahkota cahaya untuk kedua ayah bunda.

Kisah itu menjadi menarik dengan adanya sebuah perspektif pendidikan, Hafiz yang dididik kakek satu-satunya untuk mengkhatamkan Al Quran terlebih dahulu baru kemudian diperbolehkan mengenyam bangku sekolah. Hafiz yang cerdas dan selalu ingin tahu begitu inginnya masuk bangku sekolah. Pertemuannya dnegan Pak jafar dan keisengannya belajar di bawah jendela demi mendengarkan apa yang diajarkan para guru di sekolah. Namun, sebelum ia mampu memenuhi syarat masuk sekolah dari kakeknya itu kakek telah pergi meninggalkannya. Di tengah kegundahan dan ketakutannya akan kegagalan mengkhatamkan dan menjaga amanah hafalan dari kakeknya, Hafiz memutuskan untuk nyantri ke kota di Surabaya. Ditinggal pergi sang kakek, hafalannya seperti tiba-tiba hilang. Dia jatuh sakit dan ketakutan. Pertama kalinya dalam hidupnya dia memutuskan menyelesaikan hafalan dengan mengikuti pesantren Ramadhan, ia pun pertama kalinya keluar dari pulau terpencil dan menyeberangi selat demi berguru di sebuah pesantren. Hafiz yang buta huruf karena tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah formal itu pun mengalami lika-liku di tengah pengembaraannya. Mulai dari bertemu orang jahat, masuk kantor polisi, sampai bertemu dengan seorang Kak Faza yang kemudian menuntunnya ke jalan yang dia cari.

Kira-kira segitu dulu cuplikannya. Pesan moral itu sangat relevan dalam kehidupan keseharian manusia. Bahwa seringkali kita mengejar sesuatu entah yang berorientasi dunia maupun ukhrawi. Namun, sebaik-baiknya adalah segala urusan yang meskipun ia duniawi diniatkan untuk beribadah sehingga ukhrawinya pun dapat diraih. Pun ketika seorang Hafiz yang cita-citanya sederhana ingin sekolah seperti anak-anak lainnya maka dia harus mampu memenuhi amanah kakaeknya untuk mengkhatamkan al quran serta amanah orang tua yang mengidamkan anaknya menjadi hafizh sesuai namanya tak serta merta jalan yang di hadapannya lurus dan bebas hambatan. Niat suci itu pun tetap diuji sampai Allah memberikan bantuan lewat pertemuannya dengan Pino maupun Kak Faza yg bisa mengantarnya ke tempat tujuannya. Ya begitulah. Yakin saja Allah selalu siap memberikan bala bantuan. Selalu siap mengarahkan kepada jalan-Nya. Karena Allah dulu, Allah lagi, Allah terus, kata Yusuf mansur. Ya apapun rencana Allah. Meskipun kadang yang kita citakan tak terpenuhi, itu memang istimewanya kehidupan. Bahwa kadang kita begitu mengingkan atau menyukai sesuatu padahal belum tentu sesuatu itu baik untuk kita, dan kadang kita begitu membenci sesuatu padahal itu baik bagi kita. Allah tahu apa-apa yang terbaik untuk kita, yang paling kita butuhkan, sedangkan kita tidak mengetahuinya. This is such a lovely ayah regarding all the mysteries we found in life that the humankind cannot reveal the reasona why. It’s because Allah the One who knows the best, the best planner.

Tak pernah sebelumnyasaya membayangkan semua ini akan terjadi begitu mudah. Pengalaman pahit dengan beberapa insiden yang tidak diharapkan terjadi kadang membuat trauma tersendiri. Namun, Allah tahu apa yang saya butuhkan. Dan Allah tahu bahwa tak ada yang bisa membuat saya lebih tegar dari seorang lemah seperti saya melainkan ridha ibu yang menjadi ridha-Nya. Alhamdulillah, akhirnya dimudahkan untuk mendapat kesempatan  bisa belajar banyak dari beliau-beliau yang selalu menginspirasi sebelum tidak ada lagi kesempatan untuk benar-benar belajar dari beliau.


Untuk Ibu Wulan dan Pak Irfan yang saya rasakan seperti malaikat penolong yang dikirim sama Allah, terima kasih untuk semuanya. Tidak tahu lagi bagaimana membalas kebaikan beliau-beliau, semoiga Allah melimpahkan rahmat dan pertolongan pada beliau2. Pada titik di mana saya sedang mencari jalan dan pencerahan, Alhamdulillah wa syukurillaah. J Bismillah mohon doanya bisa menjaga amanah dari ibu Wulan, bisa belajar lebih dari teori yang mengendap di buku Horngren, tetapi nilai yang bisa diambil dari kesempatan belajar ini, pembelajaran hidup kini dan nanti.  Bisa juga membagi manfaat untuk mahasiswa yang sedang berjuang untuk mempelajari ilmu ini. Ilmu yang multiperspektif, dapat dilihat sebagai (1) seni karena adanyasubjective judgment, (2) science-ilmu karena dapat dikembangkan secara ilmiah melalui hipotesis dan pengujiannya, dan (3) technocracy yang bersifat preskriptif dan regulatif. Ilmu yang dimuat dalam ayat terpanjang di dalam al quran (al baqarah:282). Ilmu yang di zaman nabi begitu mulia sehingga hanya para hafizh/ah yang mampu mengemban amanah dalam ilmu tersebut. Accountics atau accountology menurut istilah Bambang Sudibyo dalam Teori Akuntansi. Ya, embrio pemikiran kompleks sebuah positivisme dari sekedar accounting yang normatif.
Ridha Allah, bisakah kita raih hanya dengan logika dan hitungan manusia?Apalah artinya jika masih saja memikirkan kepentingan diri sendiri. Jleb. Niat dan tawakkal. (Catatan pencerahahan dari pak Irfan sekembali ke kampus. KKN benar-benar membuat saya kangen kuliah hehe. Terima kasih banyak Pak Irfan :)) 

No comments:

Post a Comment