Jika aku bisa memilih, aku tidak ingin menjadi siapapun atau menjadi bagian dari apapun. (aku belum bisa mengurai filosofiku sendiri yg kadang pragmatis. jadi biarkan aku mencerna suara yg seringkali muncul dalam diriku ini).
Aku sudah terbiasa. Menjadi seseorang yang antah berantah. Dari kecil hingga saat ini sudah berkali-kali rasanya aku masuk ke "hutan rimba" di mana aku masuk ke zona yang aku merasa asing. Aku mulai menikmati keterasingan yang ada. Sensasi sejak kecil menjadi anak ilang yang berpindah2 dari satu pengasuh ke pengasuh berikutnya, anak ilang yang suka ngikut-ngikut mbak sekolah padahal belum saatnya sekolah, sensasi pertama saat aku mewakili SD dalam lomba puisi dan aku merasa cupu dengan penampilanku sendiri yang bisa dianggap amat udik, sensasi mewakili sekolah ndeso lomba IPA dan merasa benar2 dibodohi karena sama sekali kagak ngerti materi di soalnya, sensai masuk dunia anak bilingual dan mendapat nilai terburuk Fisika di kelas, dari keterpurukan itu adalah sensasi awal menjadi anak smp yg udah keranjingan belajar buku SNMPTN Bob Foster haha anak smp nan polos yang beruntung berkesempatan mengenyam pembinaan Fisika di kampus idaman UGM, sensasi sekali seumur hidup masuk Semesta Boarding School yang di mataku seperti istana ilmu yang megah di tengah-tengah pegunungan manakala wawancara siswa baru pasca ikut finalis Pasiad sebuah ajang kompetisi Matematika ternama itu ya meski ternyata hanya tinggal impian masa lalu, sensasi masuk Padmanaba yang membuat hatiku takjub berkali-kali, sensasi menjadi anak baru yang bener2 lugu khidmat mengikuti alur mos pplb, sensasi pertama merasa bodoh di hadapan judges dan rival team karena dari seorang yg lirih dan tampak kalem di luar dia akan berubah menjadi sosok yang menggebu dan emosional dalam sebuah debat yg memanas apalagi saat lawannya mengatakan timnya "bullshit" jelas dia ga terima, sensasi menjadi salah satu di antara wanita yang pernah jatuh cinta sama Fisika yang akhirnya menentukan langkahnya karena ia tahu ketertarikannya dalam dunia bahasa asing melebihi rumus2 yang dulu sempat menjadi sahabat karibnya, sensasi menjadi anak ilang yang naik kereta taksaka pertama dalam hidupnya, sensasi merasakan gelora taman ismail marzuki saat menjadi mezo-vocalist dan menikmati harmoni puisinya dibawakan di atas panggung meski kagak ada yg mau tau itu puisi sapa yg bikin, merasakan sensasi jadi angkatan yang hilang atau tepatnya anak yang hilang angkatan, merasakan sensasi ketemu orang2 yang hanif, ketemu orang2 yang gaul dan kehidupan bisnis nan ala eksmud, dan merasakan sensasi keterasingan di dalam diri sendiri..
Lalu, bagaimana jika aku merindukan kalian? Aku merindukan kalian dalam setiap keterasingan ini :") Aku tahu sesendiri apapun, aku tak pernah sendiri. Hanya saja, kelemahan ini menyerang teramat kuat, terkadang. Yah, setidaknya selama aku yakin bahwa Allah selalu ada dan selalu ada untukku. Aku mengerti setiap manusia hijrah menuju mimpi dan barangkali takdir dalam hidupnya. Aku tahu seperti apapun kesibukan yang masing2 kita hadapi di dunia masing2, ada satu hal yang membuat kita bertemu dan bersama-sama lagi, yakni saat kita bersujud. Saat kita menundukkan hati dan pikiran kita. Bukankah hal-hal duniawi kita berusaha keras utk melepaskannya saat kita tunduk, rukuk, dan sujud? Kita berusaha keras untuk menundukkan merukukkan dan mensujudjkan hati..
Tapi kadang, aku ingin bersama kalian lagi, melihat ulas senyum kehangatan, menjabat tangan kalian dalam kebersamaan dan ukhuwwah yang kita bangun tanpa melihat keterasingan yang kualamai dalam hidupku ini. Sebab kadang keterasingan menjadi sahabat terdekat yang kita belum pahami. Ya aku tahu barangkali aku ini bukan berarti apa-apa lagi. Karena aku tau ya aku bukanlah siapa-siapa kalian. Terkadang hanyalah seselip nama yang terlupakan. Dan dalam perasaan seperti itu pun terkadang aku memilih menyendiri untuk menenangkan hati. Hanya saja aku merasa perjalanan ini tak seharusnya kurasakan begini. Setidaknya aku punya orang2 hebat seperti kalian, bukankah itu hal yang membahagiakan untuk memiliki kawan2 sehebat kalian dalam hidupku meski hanya sebuah fragmen kecil yg tak banyak artinya? Kalian yg mampu meneguhkan dan mengokohkan kembali semangatku. Di manapun kalian kini, semoga Allah melindungi kalian. Semoga Allah limpahkan cinta-Nya pada kalian. Semoga Allah persatukan kita dalam doa-doa kita. Semoga Allah mudahkan kita untuk melalui tangga2 tantangan yang ada di hadapan kita. Di mana pun jalan yang kita pilih. Semoga Allah kuatkan kita selalu dalam dekapan-Nya. Aamiin. Uhibbukum fillaah. Aku sayang kalian, karena Allah.
No comments:
Post a Comment