lovely picture

Tuesday, March 13, 2012

Anak Nakal Amatiran

Pernahkah merasa ada yang mengganjal di hati? Seperti menelan biji semangka tanpa sengaja atau sebiji permen yang tak sengaja tertelan.. Huaa pasti nggak enak kan rasanya? Pingin muntahin isi perut hehe lebay mode on. Yang pasti rasanya pingin ngeluarin jejalan2 itu..

Sama juga ketika ada salah, hati pasti paling bisa merasakan. Misalnya, bohong sama ibu katanya mau belajar kelompok eh malah main ke mana sama temen2.. Sanubari kita deh yang paling tau... Pasti ada sebersit perasaan bersalah itu.. Dan sesungguhnya ketika kita nggak srek karena kesalahan itu berasa ada ganjalan, kaya batu di tengah jalan. Pasti ada rasa tidak nayaman dan tidak tenang akan ganjalan itu... Bahkan kadang ganjalan itu yang kemudian menjadi aral atau ujian buat kita karena kekhilafan yang kita lakukan. Hanya saja kepekaan setiap manusia beda2. Reaksi dalam menanggapi juga beraneka macam. Seperti kata dosen Manajemen saya, emosi itu suatu reaksi terhadap peristiwa atau suatu kejadian.

Plong. Senangnya hari ini berlalu. Biasa saja, hal sederhana sebenarnya. Tapi aku merasakan beban dan ganjalan itu sudah lepas dariku. At least everything's ok and very well ended.

Adalah Bu Wiwin, dosen Akuntansi Keuangan Menengah I yang sebelumnya saya hanya kenal namanya saja. Pasalnya, ketika KRS kita hanya tau nama dosen saja kan nggak ada foto dosennya... Dosen kan nggak senarsis anak muda kali ya? Hehe. Jadinya saat pertama kali masuk kelas AKM Bu Wiwin ini jujur saya terpana. Rasanya sulit percaya akan sosok yang di hadapan saya. Seorang wanita yang usianya mungkin 30-an dengan jilbab panjang yang indah seakan menyatu dengan gamis kremnya. Dialah sosok anggun, lembut, nan menawan. Ibu Wiwin, dosen akuntansi saya. Waaah, di antara sekian banyak wanita khususnya dosen di FEB baru kali ini saya menemui sosok seteduh dan setenang ini di tempat yang sering dianggap kampus wong dhuwur bukan kampus rakyat cilik dengan tower kontroversialnya, pertamina tower atau pun segala stereotype hedon orang luar terhadap fakultas ini. Ternyata di balik itu semua, masih ada sosok seperti Bu Wiwin. Diam-diam saya kagum dan berdoa supaya kelak bisa seperti beliau :)

Nah, bodohnya, pertemuan kedua pekan lalu ada sedikit insiden tak dinyana. Bu Wiwin yang disiplin tapi baik mendengar sayup-sayup bunyi HP. Saya hanya membatin. Kok bunyinya kaya hp nokia kalu mulai dinyalain? Mirip banget sama hp nokia jadulku kalu baru pertama nyala. Dan glek, seketika itu juga, aku baru nyadar siapa lagi yang punya bunyi hp kaya gitu? Pasti bisa dihitung dengan jari. Jaman sekarang kan maunya pada pake BB, i-phone, yang hampir ga mungkin suaranya kaya gitu. Dan ohh, kok suaranya kaya dari deket sini? Aku pun tergagap, mnatap kosong isi dasgrip yang ada di pangkuan dan lengan kiriku yang menopang di atasnya.

Suara Bu Wiwin yang menyelidik bertanya halus namun amat menohok, "Sepertinya ada suara HP. Ini suara HP siapa? Ingat ya kita sudah sepakat di awal waktu, jika ada hp bunyi harus menjajakan seisi kelas!" Rasanya ada palu besar yang memukulku.. Pening... Aduh, bodoh, tolol. Kenapa coba tadi pake di-turn off? Gara-gara lengan tanganku menopang di atasnya, kan jadi tak sengaja kepencet nyala. Huaaaaaaa.......Sisa jam pelajaran itu pun aku resah gak ada habisnya. Niat hati-hati matiin hp malah berabe tau gitu kan tadi cukup silent aja malah aman. Aku cm menyalahkan diriku dlam hati.

Pengalaman HP  itu sangat traumatik. Aku berjanji kejadian HP itu cukup sekali seumur hidup pas SMA di kelasnya Bu Sri Lestari, guru Matematika yang disegani anak-anak. Aku kan lugu hehe ga bakat bohong dan berbuat jahil di kelas. Waktu pake HP itu juga pas genting2nya, nungguin interkom yang mestinya diumumin saat itu juga bikin panik karena udah hampir bel. Dan pengumuman harus diinterkom sebelum bel karena kalu udah bel pada nggak tau pengumuman. Nah, galau gitu langsung deh nyambi pegang HP di laci mencoba mengkoordinasi mereka yg di luar.

Glek. Nama baikku di mata ibunya selama itu pun harus terbayar dengan HP. Konyol. Hubunganku sama ibunya kan lumayan baik secara gue anak baik2. Tapi kata2nya bener2 mak jlep. "Iya neng, kalu kamu itu presiden yang sedang genting mesti pake hape.."  Presiden haahaa... Gila ini pertama kalinya aku bikin masalah HP di kelas. Padahal nih aku ga ada record kaya gini sebelumnya. Dan karena aku gak mau menyia-nyiakan guru dan nggak ngajeni di kelas.

Setelah kelas ingin ketemu bilang jujur kalu tadi murni kecelakaan. Tapi egoku mengatakan justru kecelakaan kan bukan salahku. Aku juga sudah bad mood enggan ketemu dan ngomong takut malah kebawa emosi ya udah ga jadi bilang.

Hari ini sepekan setelah insiden kecil itu. Aku berniat mau langsung membayar hutangku. Hutang punishment karena hp ku bunyi. Kalu nraktir sekelas ga ada duit jadi beli brownies aja deh..

Akhirnya plong. Meski harus nunggu sampai kelas berakhir. Pasalnya, blm bilang apa2 sama ibunya. Jadi ya mash dag dig dug. Apalagi pas ibunya kembali mengungkit-ungkit tentang bunyi hp pekan lalu itu sama aja utang najajain huhu. Akhirnya semua sudah berakhir.. Kesalahan ini bukan disengaja kan aku janji gak akan mengulang kesalahan pertama yang emang anak nakal amatiran :)

No comments:

Post a Comment