Entahlah. Tiba-tiba saja merasakan perubahan-perubahan yang sangat besar.
Buat Raisa dan Eyang,
Kemarin Senin pagi mengantar seorang sobat yang akan ke Jepang. Sampaikan salamku untuk negeri sakura! Kami berdua. Entahlah. Dua manusia bergolongan A yang punya obsesi dan impian yg sama. Dan kami akan berjuang untuk menggapainya.. Makasih banyak atas cambukan semangatmu di stasiun kemarin. Makasih banyak atas semuanya dan segalanya yang kita bagi bersama.
Mungkin kadang ada cemburu di antara kita. Cemburu karena kita sama-sama punya mimpi. Dulu, aku iri sekali jadi jurnalis sepertimu. Tapi aku bahagia. Karena kau salah satu yang paling mengerti obsesiku ini. Dan kau sagat paham dan menyemangatiku. Ketika ya aku bingung dengan tumpukan memori komputer yang hanya disesaki oleh tulisan-tulisan nggak jelas itu. Dan kau, bersedia memuat beberapa puisi usang itu dalam majalah sekolah. Aku terharu.
Akhirnya aku menjadi jurnalis, meski hanya sebentar, sangat sebentar. Aku sekarang tahu getirnya seorang jurnalis. Bahkan ketika aku nekad mendaftar jurnalis di Wa-Hi. Dan terjun dengan tim yang baru kukenal sebagi orang asing. Aku paham bahkan grammar ku pun sangat berantakan. Saat aku kembali meniatkan untuk memasuki dunia menulis itu lagi... Orang tuaku hanya memberiku pilihan antara A dan B. Mskipun aku sudah bermimpi menjadi bagian A sejak SD, akhirnya aku melepasnya. Tidak tahu demi apa. Padahal tinggal selangkah lagi. Hanya selangkah. Hanya wawancara. Tapi aku menimang2 surat keputusan kedua orang yang paling aku hormati. Dan keputusannya adalah aku tidak bisa mengambil keduanya. Maka aku relakan untuk melepas impian A. Sejak itulah aku merasa aku lebih menikmati kebebasan. Menulis bebas. Amatir memang karena aku menulis jika aku ingin menulis.
Aku akan merindukanmu. Ya mungkin terdengar dramatis. Sampai kau kembali ke tanah air lagi maka aku bisa merasakan semangat yg sama itu. semoga perjalananmu selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin. Sampai kita punya kehidupan masing-masing kelak, berjanjilah kita akan berbagi kisah tentang impian yang kita raih dengan indah. Kebahagiaan.
Hari ini sebelum pulang aku sempatkan menjenguk eyang. Eyang ini bisa dibilang pengasuhku selama SMA. Nggak ada hubungan drh sama sekali. Eyang Hajah Roekijati yang sangat perfectionist. Ketika memintaku menulis namanya di amplop, beliau seperti mengajari anak pra TK menulis pertama kali -_- Dia akan berpatroli hingga ke lantai atas untuk memastikan bahwa anak2 asuhnya baik2 pulang sesuai jadwal, merapikan, dan membersihkan semuanya. Dan aku adalah anak sma polos yang sejak pertama dititipkan padanya sangat ketakutan pada nada bicara dan raut kejam itu. Haha. Tapi itu dulu... Ketika eyang masih sangat sehat dan bisa melakukan apa saja. Kini sudah lebih dari 4 tahun mengenal sosok eyang. Sosok single fighter yang sangat tegar di usia senjanya. Menghabiskan kesepiannya dengan nasionalisme yang melebihi nanak-anak muda jaman ini. Dengan cita2nya mencerdaskan bangsa, beliau mau mengasuh saya. Dan saya saat itu adalah anak sma kelas1, satu-satunya anak sma yang akhirnay beliau ijinkan menjadi anak asuhnya. Awalnya sama sekali beliau menolak anak sma. Katanya anak sma itu terlalu berisik dan sukanya main2 dan sulit dikontrol. Aku terdiam, gugup dan takut menatap eyang. Takuuuut sekali kalo beliau udah berpatroli. Hal cacat sedikit saja pasti kena marah.. Tapi aku tahu kok maksud hati eyang yang sebenarnya sayang sama anak2 asuhnya..
Dan setahun ini eyang sudah tidak bisa seperti dulu. Tubuhnya lemah. Kedua kakinya sudah tidak kuat utk berjalan. Mengingatku pun sudah tak bisa lagi. Aku butuh dua tahun untuk mengenal beliau dan memahami sisi-sisi lain darinya sbg seorang istri dan ibu yang begitu kesepian di usia senjanya. Dan aku tahu kadang eyang hanya bth seorang pendengar. Meskipun aku bukan pedengarnya yg baik tapi aku mersasakan perubahan itu. Alhamduli;lllah dari anak yang sangat diam dan kurang sabar, sudah bs cukup paham dan cukup bisa sabar dg eyang. Ketika pengasuh eyang curcol tentang betapa rempongnya ngurusin eyang aku bisa paham dan rileks menghadapi eyang. Alhamdulillah meski eyang sdh tak mengenal siapa aku, tapi eyang tampak senang ada yg berkunjung. Semoga eyang baik-baik selalu. Peluk sayang buat eyang.
No comments:
Post a Comment